Bangau Dan Kepiting
Fabel Bangau Dan Kepiting - Kisah Burung Bangau dan Kepiting. Alkisah, pada zaman dahulu terdapat sebuah telaga yang sangat indah. Airnya jernih dan ditumbuhi oleh bunga teratai yang bermekaran. Pohon-pohon yang tumbuh di sekitarnya hidup dengan subur. Banyak burung yang tinggal di kawasan sekitar telaga itu dan salah satunya adalah burung bangau.
Di dalam telaga juga hidup bermacam-macam ikan dan hewan lain seperti kepiting dan katak. Burung bangau sangat suka tinggal di kawasan telaga itu kerana senang mendapat makan. Hari silih berganti, burung bangau semakin tua dan tidak lagi sekuat dulu untuk menangkap ikan. Ada kalanya si bangau terpaksa berpuasa seharian kerana tidak memperoleh tangkapan apa pun. Ia berfikir di dalam hati, “Kalau begini keadaanya, aku akan mati kelaparan kerana tidak bisa lagi menangkap ikan. Aku mesti mencari jalan supaya aku dapat memperoleh makanan dengan mudah”.
Setelah berfikir keras, Si bangau kemudian mendapat akal. Dia berpura-pura duduk termenung dan bersedih di tepi telaga. Seekor katak yang kebetulan berada di situ tampak memperhatikan bangau yang sangat murung dan sedih. Ia lalu bertanya “Kenapa aku lihat akhir-akhir ini kamu asyik termenung wahai bangau?”. Bangau menjawab ” Aku sedang memikirkan keadaan nasib kita.”“Apa yang membuatmu pusing, sedangkan kita hidup di sini sudah sekian lama tidak menghadapi banyak masalah.” Jawab katak. “Aku sering terbang ke sana ke mari dan mendengar manusia sedang berbincang tentang bencana kemarau yang akan menimpa kawasan ini. Kau lihat sajalah sejak akhir-akhir ini hari panas dan hujan pun sudah lama tidak turun”. Bangau menyambung lagi “Aku cemas telaga ini akan kering dan semua penghuni di telaga ini akan mati.” Katak mengangguk-ngangukkan tanda setuju. Tanpa membuang waktu si katak terus melompat ke dalam telaga untuk mengabarkan berita itu kepada kawan-kawan yang lain. Berita bencana kemarau telah tersebar ke seluruh telaga begitu cepat dan semua penghuni telaga berkumpul ditepi sungai dimana bangau berada. Masing-masing riuh rendah menanyakan pada bangau akan berita tersebut.
Seekor ikan bertanya kepada bangau “Apa yang harus kita lakukan?” Si bangau berkata “Aku ada satu ide, tetapi aku cemas kalian semua tidak setuju.” “Apa idemu, bangau?” tanya ikan seolah-olah tidak sabar untuk mendengarnya. Bangau berkata “Tidak jauh dari sini ada sebuah telaga yang besar dan airnya dalam, aku percaya telaga tersebut tidak akan kering walaupun terjadi kemarau yang panjang.” “Bolehkah engkau membawa kami ke sana” pinta si kepiting dan di sambung oleh hewan-hewan lainya.. “Aku bisa membawa kalian satu demi satu karena aku sudah tua dan tidak bisa membawa kalian lebih dari itu” kata burung bangau lagi. Mereka pun setuju dengan ide si bangau.Si bangau mulai mengangkut seekor demi seekor hewan dari telaga tersebut, tetapi bukan untuk dipindahkan ke telaga lain, melainkan untuk dimakan. Begitulah perbuatanya sehingga sampai kepada giliran seekor kepiting, sementara yang lain masih banyak yang mengantre di belakang kepiting. Sambil diterbangkan oleh si bangau, si kepiting memandang ke bawah lalu terlihat olehnya tulang-tulang ikan berserakan di atas batu besar, dan kemudian si bangau mendarat di atas batu besar itu. Melihat keadaan tersebut, kepiting mulai ketakutan dan berfikir di dalam hatinya “Matilah aku kali ini dimakan oleh bangau.” Si kepiting berkata “Dimanakah telaga yang engkau katakan itu dan kenapa engakau membawa aku di sini?” Bangau ketawa terbahak-bahak lalu menjawab “Kali ini tiba waktunya engkau menjadi makananku, hai kepiting!!.”Dengan perasaan marah kepiting mencapit leher si bangau dengan sekuat-kuatnya hingga si bangau tak bisa bernafas. bangau berteriak minta tolong namun kepiting tetap mencekik leher bangau dengan capitnya. karena tidak bisa bernafas akhirnya bangau mati lemas diatas batu besar itu.
Dengan perasaan gembira karena selamat dari ancaman si bangau, si kepiting berjalan kembali ke telaga. Sampai saja di telaga si kepiting pun menceritakan kisah yang telah dialaminya. Semua penghuni telaga tersebut merasa gembira dan bersyukur karena mereka selamat dan tidak menjadi makanan burung bangau yang tamak dan mementingkan diri sendiri. Mereka mengucapkan terima kasih kepada si kepiting karena telah menyelamatkan mereka semua.
Ayam Dan Burung Elang
Fabel Ayam Dan Burung Elang - Tersebutlah dua sahabat yang selalu hidup rukun satu sama yang lain, mereka begitu erat menjalin tali persahabatanya, dialah sang Ayam Jago dan sang Elang.
Meraka selalu saling membantu dalam semua kesulitan kehidupan, tidak pernah menghitung-hitung bantuan yang mereka berikan masing-masing, itulah nilai persahabatan sejati mereka yang tulus.
Seperti biasanya sang ayam Jago akan pergi ke hutan untuk mencari makanan, Si Ayam Jago sedang asyik mengais-ngais tanah tatkala seekor harimau lapar sedang mengintainya dari semak belukar yang tidak jauh dari tempatnya mencari rejeki.
Secara tiba-tiba harimau pun muncul, sudah tidak tahan menahan lapar untuk memangsa si Ayam Jago, maklum saja sang Harimau sudah dua hari tidak makan-makan.
Dengan terbirit-birit si Ayam Jago pun berlari secepatnya untuk menyelamatkan diri dari sang pemangsa yang sudah terkenal kekejaman sang harimau siRaja hutan.
Namun sang harimau pun dengan segala kemampuan mengejar mangsanya tanpa berhenti untuk segera menangkap dan memakannya.
Sang Ayam Jago tidak bisa terbang, sehingga dia hanyalah berlari di tanah dengan segala usahanya untuk selamat dari kejaran sang pemangsa harimau.
Sia-sia saja usaha sang Ayam Jago untuk lari dari kejaran sang Raja hutan, harimau bukanlah tandingannya dalam berlari si AyamJago telah terpepet disela pojokkan sebuah pohon besar.
Tinggal beberapa langkah lagi sang Harimau meloncat untuk menerkam, maka tamatlah sudah riwayat sang Ayam Jago untuk hidup didunia ini, keadaan sudah sedemikian gawat rupanya saat itu.
Namun Tuhan sang pencipta rupanya masih sayang terhadap sang Ayam Jago, sang penyelamat secara tiba-tiba datang dengan beberapa kali patukkan dan cakaran yang membuat sang harimau si Raja Hutan ketakutan dan lari menghindar masuk ke dalam hutan dengan bekas luka patukkan dan cakaran yang mengeluarkan banyak darah.
Pertolongan yang begitu tepat waktu telah dilakukan sang Elang untuk sang Ayam Jago sahabat karibnya, tentu saja sang Ayam Jago sangat berterima kasih kapada sang Elang sahabatnya tercinta.
"Terima kasih kawan! engkau telah datang tepat waktu untuk menolongku, kalau tidak ada engkau, aku telah berada diperut sang harimau," kata sang Ayam Jago dengan nafasnya yang tersenggal-senggal.
"Aku sahabatmu, sepantasnya aku menolomngmu kawan, bukankah kita harus saling tolong menolong dalam setiap kesusahan yang kita alami kawan," kata sang Elang sambil tersenyum lebar.
Hari itu sang Ayam Jago sangat beruntung sekali nasibnya bisa selamat dari kejaran sang Harimau yang sangat gesit dan lincah berkat pertolongan sang Elang yang memang sahabat karibnya.
Sang Ayam Jago sahabat sang Elang terdiam murung memikirkan nasibnya, seandainya tadi tertangkap tentu saja dia tidak akan lagi bertemu sang sahabat yang baik seperti sang Elang yang baik hati.
"Sudahlah kawan, jangan bersedih serta murung begitu, engkau sekarang sudah selamat, walaupun mungkin engkau masih shok,"sahut sang elang dengan sangat tegas.
"Ya,! apa daya nasib seekor ayam yang hanya bisa berjalan di tanah tidak bisa terbang sepertimu, andai saja aku bisa terbang sepertimu sahabat tentu aku akan dengan mudah selamat dari siapa pun yang mengejar serta mengincarku," sang ayam Jago berkeluh kesah kepada sang Elang.
"Akan aku coba membantu keinginanmu, namun itu pun kalau saja bangsa burung yang mempunyai sebuah pusaka memberi pinjam kepadaku," kata sang Elang.
"Pusaka! pusaka apakah yang engkau maksudkan?" tanya sang Ayam Jago.
"Begini! bangsa burung mempunyai satu buah pusaka yang namanya Jarum Emas, alat tersebut dapat digunakan bangsaku untuk menyulam sayap-sayap kami sehingga kami bisa terbang." jawab sang Elang. "Untuk itu berdoalah kawan semoga aku diberi pinjam Jarum Emas tersebut untuk menolongmu." lalu sang Elang pun terbang membungbung tinggi berusaha untuk meminjam Jarum Emas kepada Raja pimpinan burung Elang.
Karena hari sudah sore sang Ayam Jago pun akhirnya pulang kerumahnya untuk istirahat, besok dia akan menunggu kedatangan sang sahabatnya burung Elang.
Esok harinya sang Ayam Jago telah berada di depan rumahnya menunggu sang burung Elang sahabatnya yang akan meminjamkan Jarum Emas untuk menyulam sayapnya agar bisa terbang layaknya seekor burung.
Yang ditunggu pun akhirnya datang juga tepat waktu, setelah istirahat sebentar dan mimun air yang disuguhkan sang ayam Jago burung Elang membuka pembicaraan."Begini sahabatku! aku telah diberikan pinjam Jarum Emas oleh sang Raja burung, namun dengan satu catatan bahwa engkau harus berjanji untuk menjaganya dengan baik dan jangan sampai menghilangkan benda pusaka ini," kata sang Elang.
"Engkau tidak usah khawatir masalah ini, aku sahabatmu tidak mungkin aku mengecewakanmu," tegas sang Ayam Jago.
"Baiklah pergunakan dengan bijak jangan engkau pinjamkan kepada siapa pun tanpa ada izin dariku, engkau mengerti!" sang Elang pun berkata dengan sangat tegas.
"Baiklah siap, aku akan selalu menjaga serta bertindak bijak dengan barang pusaka ini," sang Ayam Jago pun kembali menjawab.
"Sekarang hatiku tenang dan percaya kepadamu Jarum itu aku pinjamkan selama tiga hari saja dan aku akan kembali," berkata sang Elang lalu terbang keangkasa raya nan luas.
Ayam Jago dengan segera menyulam sayapnya mengunakan benda pusaka Jarum Emas, tetapi baru setengah sayap yang disulamnya dia sudah tidak sabar untuk mencoba terbang dan dengan sembarangan dia menaruh benda pusaka di atas batu.
Benar saja ketika itu dia sudah bisa terbang naik keatas pagar yang terdapat ditempat itu, "Alaa mak.......aku bisa terbang akhirnya !!!" teriak si Ayam Jago dengan sangat bahagia dan bangga sekali.
Walaupun untuk saat ini dia hanya bisa terbang setinggi pagar rumah saja tetapi si Ayam Jago sudah sangat senang dan bangganya setengah mati, tiba-tiba sang Ayam Betina datang menghampirinya.
Sang Betina sangat takjub melihat si Ayam Jago yang sedang bertengger dengan bangga di atas pagar yang cukup tinggi, "Jago, Jago! bagaimana engkau bisa di atas pagar?" tanya sang ayam Betina.
"Tentu saja aku terbang," jawab sang Ayam Jago dengan congkak di depan sang Ayam Betina merasa bangga.
"Apakah bisa?" Tanya sang ayam Betina hatinya dibikin sangat penasaran sekali dengan sikap sang Ayam Jago tersebut.
"Mudah saja, aku telah meminjam benda pusaka Jarum Emas untuk menyulam sayapku makanya aku bisa terbang," si Ayam Jago menerangkan kepada sang Ayam Betina.
"Jarum Emas benda pusaka maksudmu apa?" tanya sang Ayam Betina.
"Engkau lihat saja di atas batu, disitu ada Jarum Emas, sulamlah sayapmu nanti engkau pun akan seperti aku bisa terbang," si Ayam Jago menunjukkan Jarum Emas yang tergeletak di atas batu.
Sang Ayam Jago telah lupa akan janjinya untuk tidak sembarangan meminjamkan benda pusaka Jarum Emas terhadap siapa saja tanpa seizin dari sang burung Elang sahabatnya.
Tidak menunggu lama lagi sang Ayam Betina lalu menyulam sayapnya dengan terburu-buru dan baru selesai sebagian dia sudah tidak sabar untuk mencoba terbang persis seperti si Ayam Jago tatkala tadi sedang menyulam.
Baru saja sebentar menyulam si Ayam Betina langsung mencoba terbang, demikan dia ulangi terus menerus tidak sabar sama sekali dan akhirnya dia dapat juga terbang naik ke atas bersama sang Ayam Jago bertengger di atas pagar.
Mereka berdua begitu bahagia dapat bertengger ditempat tinggi lalu mereka bercengkrama penuh dengan kegembiraan dan setelah lama bertengger mereka terbang kembali turun untuk menyelesaikan menyulamnya.
Tetapi apa yang terjadi, Jarum Emas yang tadi dipakai sang Ayam Betina telah raib hilang entah kemana, mereka berdua lalu mencarinya disela-sela bebatuan ditanah juga dirumput-rumput sekitar tempat itu namun Jarum Emas nya tetap saja tidak ditemukan.
Kemudia sang Ayam Jago berpikir apa yang menyebabkan benda pusaka itu hilang, "Mungkin tadi tatkala engkau mengibaskan sayap-sayapmu mencoba untuk terbang Jarum Emas terhempas dari batu ini," kata sang Jago kepada sang Betina.
"Baiklah kita cari terus sampai ketemu aku tidak ingin dimarahi sang burung Elang sahabatku," kata sang ayam Jago.
Meraka berdua panik setelah hari menjelang sore benda pusaka masih tetap raib tidak tentu rimbanya, kerena paniknya sang Ayam Jago dan sang Ayam Betina sampai-sampai mencakar tanah guna mencari benda pusaka yang menurutnya masuk ketanah terkubur.
"Bisa saja Jarum Emas terselip juga tertimbun tanah yang kita injak-injak dari semenjak tadi," kata mereka berdua sambil terus mengais-ngais tanah dengan cakarnya berharap menemukannya.
Sampai hari mau menjelang gelap mereka baru berhenti mencari sambil berjanji besok harinya pencarian akan dilanjutkan kembali.
Besok harinya mereka berdua mencari benda pusaka yang hilang, namun Jarum Emas tersebut tetap tidak dapat ditemukan kembali, semakin panik saja sang ayam Jago.
Satu hari lagi kesempatan untuk dapat menemukan Jarum Emas yaitu hari ketiga yang dijanjikan sang burung Elang untuk datang mengambil kembali Jarum Emas.Sang Ayam Jago dan temannya sang Ayam Betina sudah sejak dari pagi-pagi buta telah berada ditempat dimana Jarum Emas itu hilang, mereka mengais-ngais tanah dengan mencakar-cakarnya hampir seluruh areal tempat tersebut namun tetap saja Jarum Emas tersebut tidak ditemukan mereka berdua.
Sang Ayam Jago sekarang sudah pasrah saja, dia akan kena marah besar dari sang sahabat setianya burung Elang yang sangat baik hati kepadanya.
Dan betul saja sang burung Elang sangat marah sekali mendengar sang Ayam Jago telah menghilangkan Jarum Emas milik Raja bangsa burung, kepercayaan penuh yang diberikan kepada sang Ayam Jago sahabatnya telah dihianatinya.
Janji untuk tidak meminjamkan Jarum Emas kepada siapa pun tanpa seizin darinya telah dilanggarnya sehingga benda pusaka milik sang Raja burung Jarum emas menjadi hilang.
"Sungguh engkau seorang sahabat yang tidak tahu diuntung!! kurang bagaimana aku terhadapmu selama ini, ketika engakau dalam kesulitan aku selalu menolongmu tetapi kepercayaan yang diberikan selama ini sungguh telah engkau sia-siakan," sang burung Elang kini sudah tidak percaya lagi terhadap bangsa ayam.
Lalu keluarlah kata-kata sang burung Elang yang mengancam, "Mulai saat ini dan seterusnya jangan harap anak cucumu aman dari ancaman bangsaku yang akan terus memburu anak cucumu dan keturunanmu sebelum engkau menemukan Jarum Emas milik Raja bangsa Burung," ucap sang Elang lalu terbang membungbung tinggi keangkasa.
Semenjak saat itu sampai sekarang bangsa ayam masih terus mencari Jarum Emas disetiap tempat yang dijumpai dengan cara mengais-ngais tanah, dia sang ayam berharap dapat menemukan benda pusaka milik sang Raja burung.
Jangan engkau menghianati janji kepada siapa pun sebab janji adalah hutang yang harus dibayar dan pertahankanlah setiap kepercayaan yang diberikan seseorang biar engkau tetap dipercaya siapa pun serta jadilah orang yang amanah untuk tetap selalu jadi pedoman dalam hidupmu. Sekian.
Buaya Yang Serakah
Fabel Buaya Yang Serakah - Pada zaman dulu, di suatu pagi yang cerah, di sebuah sungai, seekor buaya yang sedang mencari-cari mangsa. Sudah tiga hari ia tidak mencari mangsa. Sebelumnya ia mendapatkan seekor babi yang besar dan gemuk. Lalu tertidur pulas selama tiga hari karena kekenyangan.
Moncong buaya sudah dibuka lebar di sungai menanti kalau ada ikan yang lewat. Tetapi sudah lama ia menunggu mangsanya tak kunjung datang. Tidak berapa lama muncul seekor ikan gurame di dekat moncongnya. “Hai buaya! Kelihatannya kau lapar sekali!” sapa ikan gurame persis di depan mulutnya yang ternganga.
“Kebetulan sekali kamu datang. Perutku lapar sekali karena belum diisi.” ucap buaya dengan gembira. “Wahai buaya, kalau kau makan aku, pasti kau cepat lapar lagi. Bukankah dagingku tidak seberapa besar? Tetapi kalau kau ingin mendapat mangsa yang lebih besar lagi, diujung sana ada seekor itik yang sedang berenang. Tentu daging itik itu lebih besar dan lebih lezat daripada dagingku?” ujar ikan gurame memberi saran.Buaya diam sejenak dan berpikir. Terbayanglah seekor itik yang besar dibandingkan dengan seekor ikan gurame. Buaya akhirnya mengikuti saran ikan gurame. Setibanya di dekat itik berada, ia langsung memburunya. Itik berlari ke darat untuk menghindari serangan buaya. Buaya terus mengejar, dan itik terdesak di sudut sebuah pohon. “Hati itik! Mau lari ke mana kamu?” gertak buaya.
“Jangan buaya! Janganlah kau mangsa aku, dagingku tidaklah seberapa besar. Kalau kau makan dagingku, pasti kau akan cepat lapar.” seru itik memohon. “Tetapi kalau kau ingin mangsa yang lebih besar dari aku, aku dapat menunjukkan di mana tempatnya.” “Tidak, aku sudah lapar sekali. Dagingmu kurasa cukup lumayan untuk mengisi perutku yang kosong ini.” ujar buaya yang sudah merasa lapar sekali. “Tunggu, tunggu dulu! Kalau kau ingin mangsa yang besar, di hutan sebelah sana ada seekor kambing yang besar dan gemuk. Bukankah daging kambing lebih lezat jika dibandingkan dengan dagingku?” usul itik.
“Baiklah, kalau begitu tunjukkan aku di mana kambing itu berada sekarang. Sebab aku sudah tak kuat lagi menahan lapar.” Buaya menyetujui usul itik, karena ingin mendapatkan mangsa yang lebih besar lagi. Itik berjalan menuju hutan dan buaya mengikuti dari belakang. Sampailah di hutan yang dimaksud. Di sana terlihat seekor kambing yang memakan rumput dan daun-daunan. Tubuh kambing itu lumayan besar dan kelihatan sehat dan segar. Perlahan-lahan ia mendekati kambing, sedangkan itik kembali ke sungai.
“Hai kambing! Sedang apa kau?” tanya buaya membuat kambing terkejut. “Aku sedang makan, memangnya ada apa?” jawab kambing sambil berhenti mengunyah rumput. “Aku juga mau makan.” ucap buaya sambil membuka moncongnya lebar-lebar. “Kalau begitu mari kita makan bersama. Rumputnya masih banyak jangan khawatir. Ayo kita makan!” ajak kambing itu. “Bodoh! Aku tidak suka makan rumput!” sahut buaya geram. “Lantas, kamu biasanya memakan apa?” tanya kambing lagi. “Aku suka makan daging. Mungkin dagingmu juga enak kalau kusantap. Alangkah lezatnya dagingmu.” kata buaya sambil membuka mulutnya.
“Tunggu dulu! Kalau kau ingin mangsa yang lebih besar dan lebih lezat, aku dapat menunjukkannya. Di hutan sebelah sana ada seekor gajah yang besar sekali. Bila kau dapat memangsangnya, kau pasti akan tahan beberapa hari tidak makan. Konon kabarnya daging gajah itu empuk dan sangat lezat rasanya.” bujuk kambing.Buaya menyetujui bujukan kambing, karena terbayang akan mendapat mangsa yang lebih besar serta dagingnya empuk dan lezat. “Baiklah, sekarang tunjukkan aku di mana tempatnya?” seru buaya. “Baik, akan aku tunjukkan tempatnya, tapi aku tidak dapat mengantarkanmu karena aku belum selesai makan.” ucap kambing berdalih. “Ya, cepat tunjukkan saja arahnya.”
“Di sebelah barat sana di sana ada telaga. Disitulah tempat gajah-gajah berkumpul.” seru kambing. Buaya berlalu meninggalkan kambing untuk mencari gajah. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seekor kerbau. Lantas bertanya pada kerbau yang sedang berkubang itu. “Hai kerbau! Tahukah kau di mana tempatnya gajah berada? Kalau kau tahu tolong tunjukkan kepadaku,” sapa buaya pada kerbau. “Ada apa kau mencarinya?” tanya kerbau.
“Aku ingin sekali memakan dagingnya. Kata kambing, daging gajah itu empuk dan lezat rasanya.” Jawab buaya. “Baiklah kalau begitu, mari aku antarkan ke tempat gajah itu berada.” Ajak kerbau. Tibalah mereka di dekat telaga. Ada beberapa ekor anak gajah yang sedang minum air telaga. Kerbau pergi setelah menunjukkan tempatnya.
“Benar kata kambing. Gajah itu memang besar-besar. Aku pasti akan kenyang apabila dapat memakan seekor saja. Aku dapat tidur beberapa hari kemudian.” Seru buaya dengan perasaan gembira melihat mangsanya yang cukup besar-besar. Lalu didekatinya seekor anak gajah yang sedang minum itu.
“Hai gajah! cepat minumnya, karena aku akan segera memangsamu. Perutku sudah tak kuat lagi menahan lapar.” ucap buaya kepada anak gajah. Anak gajah itu kaget mendengar ancaman buaya, lalu berteriak memanggil induknya. Tidak lama kemudian beberapa ekor gajah besar datang ke tempat itu. “Ada apa anakku?” Adakah yang mengganggumu?” tanya salah satu gajah yang paling besar. “Ya, aku diganggu oleh buaya itu. Katanya dia akan memangsaku.” Seru anak gajah sambil menangis. “Apa? Kau ingin memangsa anakku?” kata gajah besar dengan marah. “Oh, rupanya ada yang lebih besar lagi. Kalau begitu kau saja yang kumangsa, supaya perutku kenyang!” seru buaya yang serakah itu. “Cobalah kalau dapat, wahai buaya yag serakah!”
Buaya lalu menyerang gajah besar. Moncongnya yang panjang dengan gigi-giginya yang tajam menyerang gajah besar. Gajah besar melompat dan menginjak perut buaya. Dengan belalainya yang panjang ia melilit moncong buaya itu. Ketika ekor buaya ingin menyambar tubuh gajah besar, kaki gajah besar menghadangnya lalu menginjaknya. Buaya jadi tak dapat berkutik, karena moncong dan ekornya tidak dapat bergerak. Sedang kaki-kaki gajah besar terus menginjak-injak tubuh buaya hingga tak bernapas lagi.
selamat malam dan selamat tidur untuk anak-anak cerdas. terimasih sudah membaca. nantikan cerita selanjutnya,
Ayam Dan Musang
Fabel Ayam dan Musang - adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Ayam dan Musang, Dongeng Bahasa Sunda, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia
Di sebuah hutan yang lebat, langit tampak mendung dan menghitam. Gerimis pun mulai turun membasahi dedaunan dan membuat suara gemericik. Angin pun berhembus agak kencang seolah akan terjadi hujan lebat. Di sebuah goa kecil yang berada di tebing curam, tinggal seekor ayam betina yang sedang mengerami telurnya. Menurut perhitungan nenek dukun ayam, telur tersebut tidak lama lagi akan menetas. Tentu hal tersebut sangat membuat induk ayam bahagia, karena Sang induk ayam memang sangat menyayangi bakal anak-anaknya tersebut. Dari kejauhan tampak seekor musang mendekati goa tempat tinggal si ayam betina. Tampaknya dia sudah paham betul tempat tinggal si ayam dan dia yakin kalau si jago tidak ada di rumah kalau sore-sore seperti ini. Dia pun mulai mengendap-endap supaya kedatanganya tidak di ketahui si ayam betina.
Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
Sesampai di dekat goa, Musang terhenti. Nampaknya dia sedang berfikir, karena jalan menuju goa tidak semudah yang ia bayangkan apalagi suasana hujan seperti saat itu, si musang harus menaiki sebuah batu besar yang memang satu-satunya jalan untuk menuju mulut goa tersebut, sayangnya musang tidak bisa memanjat batu itu. Memang untuk keluar masuk goa si ayam pun biasanya menggunakan tangga.
Akhirnya akal licik dan akal bulus musang muncul, ia mondar-mandir di sekitar mulut goa, lalu berteriak "Hai ayam, aku membawa pesan penting dari Tuan Singa, tolong turunkan tangga tali yang biasa kamu pakai" pinta si musang.
Rupanya si ayam betina sudah mengetahui bahwa musang sedang mengincarnya. "Ya tunggulah sebentar, akan saya turunkan tangga untukmu. Tapi sebelum itu aku juga ada pesan dari serigala sahabatku, dia punya sesuatu untuk kamu....sebentar ya..serigala...serigala...kemari sini!! Ini ada si Musang kebetulan datang!! Cepatlah kemari Serigala!" si induk ayam berteriak-teriak dari dalam goa.
Mendengar si ayam berteriak memanggil Serigala, Nyali Si musang langsung ciut dan ia pun berfikir "Wah ternyata dia sahabat serigala yang menjadi musuhku, Bahaya nih, dari dulu aku selalu babak belur dibuatnya! Sebaiknya aku pergi saja!". Si musang langsung lari terbirit-birit meninggalkan kediaman induk ayam.
Akhirnya si ayam dan telur-telurnya selamat dari akal licik si musang yang hendak memangsanya. "Bukan hanya kamu, aku saja takut dan lari kalau beneran ada serigala disini, ahihihi" tawa induk ayam sambil membetulkan posisi duduknya mengerami telur-telur kesayanganya. Tak beberapa lama, benar saja perkiraan nenek dukun ayam. Telur-telur tersebut mulai menetas dan bersamaan dengan itu ayam jago pulang dari mencari makanan di hutan. Dia membawa banyak sekali makanan untuk keluarganya. Mereka pun hidup bahagia dengan kehadiran anggota keluarga yang baru, sepuluh anak ayam telah menetas dan membuat hangat suasana di goa terpencil itu.
Pesan Moral Dongeng Fabel Ayam dan Musang adalah : Janganlah suka berbohong kepada siapapun karena bohong itu perbuatan dosa dan tercela, apalagi jika berbohong untuk sebuah tindak kejahatan. Hendaknya kita saling menyayangi dan kasih mengasihi sesama makhluk Tuhan, karena itu adalah perbuatan mulia.
selamat malam dan selamat tidur untuk anak-anaj cerdas, semoga setelah membaca kisah ini kalian dapat mengambil pelajarannya, terimakasih sampai jumpa di cerita selanjutnya
Tikus Dan Sang Singa
Fabel Tikus Dan Sang Singa -
Pada suatu hari,ada seekor tikus yang berkeliaran di tengah hutan.
Tikus itu berkeliling untuk mencari makan.
Dengan riang dia berkeliling sambil sesekali bernyanyi untuk mengaihkan fikiranya dari rasa lelah.
Karena keasikan,tanpa dia sadari dia sudah berjalan terlalu jauh dari rumah.
Sadar bahwa dirinya sudah terlalu jauh masuk ketengah hutan,tikus itupun memutuskan untuk balik arah dan pulang ke rumah.
Tapi sial..karena dia terlalu jauh masuk ke tengah hutan yang sebelumnya belum pernah dia lewati,diapun tersesat.
Tikus itupun berkeliling hutan tanpa tau arah,dia berharap bisa menemukan jalan pulang.
Tapi nasib sial kembali menimpanya,bukanya menemukan jalan pulang tapi malah dia kesasar di sarang singa yang sedang tidur.
Setelah tikus itu menyadari dirinya masuk ke sarang singa yang tengah tertidur lelap,si tikus pun segera berlari kebingungan mencari jalan keluar.
Tapi karena tikus itu sangat panik,dia malah lari naik ke atas hidung si singa.
Kontan saja si singa langsung terbangun dan mengaum dengan kerasnya.
Singa itu sangat marah karena waktu istirahatnya telah di ganggu.
Dengan penuh amarah singa itu menangkap tikus malang tersebut dan mencengkeram dengan kuku-kukunya yang tajam.
"Dasar binatang kecil tak tau sopan santun...! Apa kau sudah bosan hidup sampai kau berani mengganggu tidur ku..?".Teriak sang singa dengan garang."A'..A'...ampuuunnn baginda raja. Hamba tak sengaja..hamba tadi tersesat sampai sini..ma'afkan hamba tuan ku...".kata si tikus dengan tergagap-gagap karena takut.
"Hah...hewan seperti mu harus di beri pelajaran. Biar bisa di jadikan contoh bagi hewan-hewan lain agar tak ada lagi yang berani mengganggu ku. Aku singa... Sang raja hutan yang perkasa..".kata sang singa dengan angkuhnya.
"Ampun tuan ku...jangan makan hamba. Tolong lepaskan hamba.
Hamba berjanji jika paduka melepaskan hamba,hamba tidak akan melupakan kemurahan hati baginda raja.
Dan suatu saat,hamba akan membalas budi membantu baginda raja di kala baginda dalam masalah".Kata si tikus memohon.
Mendengar perkataan si tikus,sang singa langsung tertawa terbahak-bahak.
Dengan nada menghina singa berkata...
"Ha..ha..ha..kamu mau menolong ku?
Binatang sekecil kamu bisa apa?
Menolong diri sendiri saja tak sanggup,malah berjanji mau menolong ku.
Lagi pula aku ini singa...sang raja hutan,siapa yang mampu menandingi ku..?hahahaha...".kata sang singa dengan
sombongnya.
"Tapi karena kau telah membuat ku tertawa,aku tak jadi marah pada mu.
Kau akan ku lepaskan.
Lagi pula...sia-sia saja jika aku memakan mu. Tubuh kecil mu tak ada artinya untuk perut ku". Kata singa itu lagi.
Dan ahirnya sang singa membiarkan tikus itu pergi.
Selang beberapa hari setelah kejadian itu,sang singa tertimpa musibah.
Waktu sedang mencari mangsa,sang singa terperangkap dalam jaring yang di pasang oleh pemburu.
Dia meronta sekuat tenaga,tapi dia tetap tak bisa lepas dari jaring itu.
Dan karena marah dan putus asa,sang singa mengaum dengan keras.
Hingga suara aumanya terdengar di seluruh hutan belantara.
Hingga semua hewan dapat mendengarnya,tak terkecuali si tikus yang saat itu sedang mencari makan.
Si tikus pun lalu berlari mencari dari mana arah suara itu berasal.
Ahirnya dia pun menemukan sang singa yang sudah lemas kehabisan tenaga karena dari tadi meronta-ronta.
Tanpa menunda-nunda lagi,si tikus pun segera menghampiri sang singa dan menggit tali-tali jaring dengan gigi-gigi kecilnya.
Ahirnya tali-tali jaring itupun terputus dan sang singa dapat terlepas dari perangkap.
"Nah paduka...sekarang hamba telah menepati janji hamba.
Walau tubuh hamba kecil,bukan berarti hamba tak bisa menolong hewan yang lebih besar dan lebih kuat dari hamba.
Karena tuhan menciptakan semuamahluk dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing". Kata si tikus kemudian pergi meninggalkan sang singa yang hanya dapat terdiam menyadari kesalahanya...
Nah adek-adek yang manis,hikmah yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah...
Jangan suka meremehkan orang yang kelihatan lebih lemah dari kita. Jangan suka menyombongkan kelebihan kita.karena ada kalanya orang yang kita ejek fdan kita hina malah mampu melakukan hal-hal yang kita tak bisa melakukanya.. :)
"apa yang kau tuai...itulah yang kau tanam..". Jadi...saya yakin..setiap perbuatan baik,akan menghasilkan hal yang baik pula.
Semoga sobat mendapat manfa'at dari blog ini..
Dan terimakasih sudah sudi berkunjung...
Nujum Pak Belalang
Dongeng Nujum Pak Belalang - Di sebuah desa di negeri Terang Bulan, ada seorang duda bernama Pak Belalang. Pak Belalang bukan sahaja miskin, malah seorang yang pemalas. Pak Belalang ada seorang anak bernama Belalang. Belalanglah yang diharapkan untuk mencari nafkah. Walaupun masih kecil, namun Belalang rajin bekerja. Sepanjang hari Pak Belalang menghabiskan masanya dengan tidur sahaja. Soal makan dan minumnya, terserah kepada Belalang. Belalang mencari nafkah dengan bekerja membantu orang kampung.
Pada suatu hari, Belalang terserempak dengan dua orang pencuri. Mereka sedang melarikan kerbau kepunyaan orang kampung. Belalang mengekori pencuri itu ke tempat persembunyian mereka. Kemudian, dia pulang dan memberitahu bapanya. Tetapi Pak Belalang menyuruh Belalng untuk tidak ikut campur. Belalang menjawab "Saya tahu di mana kerbau itu disembunyikan. Bagaimana kalau bapak menyamar jadi ahli nujum. Boleh saya beritahu orang kampung, bapak pandai menilik. Sebaik saja kerbau itu ditemui, tentu kita akan dapat upah yang lumayan!" "Ya tak ya juga," kata Pak Belalang.
Keesokan harinya, orang kampung heboh dengan kehilangan kerbau mereka. Mereka mengadu kepada penghulu. Kebetulan ketika itu Belalang ada di situ. "Bapak saya pandai menilik. Tentu dia boleh tolong carikan kerbau itu," kata Belalang. "Betulkah?" tanya penghulu. "Kalau begitu mari kita jumpa dia." Mereka beramai-ramai menuju ke rumah Pak Belalang.
Pak Belalang berpura-pura menyamar sebagai ahli nujum dan berkata bahwa kerbau itu ada di hulu kampung dimana ada sebatang pokok merbau. Orang kampung beramai-ramai pergi ke tempat itu dan memang benar kerbau itu ada disana. Mereke memberinya pelbagai hadia sebagai rasa terima kasih. Nama Pak Belalang menjadi masyur dan banyak orang mencarinya. Hidupnya pub berubah menjadi senang dan dia tidak perlu bekerja lagi
Pada suatu hari, sebuah kapal berlabuh di pelabuhan negeri Terang Bulan. Nakhodanya lantas menghadap sultan "Tuanku," kata nakhoda itu. "Patik dari negeri Antan Kesuma. Kami ingin beradu kepandaian dengan nujum di sini. Kalau tuanku menang, kapal kami menjadi milik tuanku. Tapi kalau tuanku kalah, negeri tuanku menjadi jajahan takluk kami!"
Sultan negeri Terang Bulan segera memanggil para pembesarnya dan bermesyuarat untuk mencari kata sepakat. Seorang pembesar memberikan saran untuk meminta Pak Belalang untuk mewakili negri Terang Bulan. Sultan pun setuju dan menitahkan Pak Belalang menghadap
Tidak lama kemudian, Pak Belalang masuk menghadap. Dia terketar-ketar ketakutan. Dia khuatir kalau rahsianya terbongkar. Selama ini dia cuma berpura-pura menjadi nujum. "Hai Pak Belalang!" titah sultan."Benarkah kamu seorang nujum yang handal?" "Benar, tuanku!" jawab Pak Belalang dengan ketakutan. "Bagus!" titah sultan. Baginda berasa sukacita kerana nujum dari negeri Terang Bulan beradu kepandaian dengan nujum dari negeri Antan Kesuma.
Sultan Terang Bulan turut datang. Baginda berharap Pak Belalang dapat menewaskan nujum dari negeri Antan Kesuma."Soalan pertama!" kata nujum dari negeri Antan Kesuma.
"Apa binatang, ketika pagi berkaki empat, ketika tengah hari berkaki dua dan ketika petang berkaki tiga?" "Manusia!" jawab Pak Belalang dengan selamba. "Sebab ketika kecil dia merangkak, ketika dewasa, berjalan dan ketika tua, bertongkat!" Rakyat negeri Terang Bulan bersorak riang. Jawapan Pak Belalang memang tepat.
"Yang kedua!" kata nujum negeri Antan Kesuma.
"Bagaimana hendak menentukan yang mana hujung dan yang mana pangkal kayu ini?" Dia menunjukkan sebatang kayu yang lurus dan sama besar. Pak Belalang mengambil sebesen air. Dia pun memasukkan kayu itu ke dalam air. "Ini hujung dan ini pangkalnya," kata Pak Belalang. "Pangkal kayu ini tenggelam dahulu kerana ia lebih berat!"Jawapan Pak Belalang memang tepat.Sebenarnya, Pak Belalang sudah tahu akan semua jawapan soalan itu, sebab anaknya, Belalang, telah mendengar perbualan nujum negeri Antan Kesuma tempoh hari.
Akhirnya, nujum negeri Antan Kesuma mengaku kalah. Kapal mereka terpaksa diserahkan kepada sultan negeri Terang Bulan. Mereka terpaksa pulang ke negeri Antan Kesuma dengan hanya sehelai sepinggang. Sultan negeri Terang Bulan sangat berbesar hati dengan Pak Belalang. Baginda melantik Pak Belalang menjadi Nujum Diraja. Pak Belalang kemudian dikahwinkan dengan puteri baginda yang bernama Laila Sari. Akhirnya, Pak Belalang dan anaknya, Belalang hidup aman damai di istana sultan.
selamat malam dan selamat tidur untun anak-anak cerdas. dan terimakasih atas kunjungannya. sampai jumpa
Putri Mambang Linau
dodngeng Putri Mambang Linau - Bujang Enok pergi mencari kagu ke hutan. Ketika sedang mengikat kagu untuk dibawa pulang, tiba-tiba seekor ular berbisa mendekatinya.
Ular itu siap mematuknya. Bujang Enok tak mau mati kongol. Untung saja ia selalu membawa sebilah rotan peninggalan almarhum ayahnya. Dengan sekali pukul, ular berbisa itu Iangsung mati. Dalam perjalanan pulang, Bujang Enok mendengar suara sekelompok wanita sedang bercakap-cakap. "Tahukah kau, ular berbisa itu sudah mati. Sekarang kita aman, tak ada lagi yang membahayakan kita," demikian perbincangan mereka. Bujang Enok tak ambil pusing. Ia pikir, mereka hanyalah ibu-ibu yang biasa mencuci di sungai.
Sesampainga di rumah, Bujang Enok hendak beristirahat melepas lelah. Alangkah terkejutnga ia ketika melihat dapurnya penuh dengan makanan lezat. "Siapa yang mengiapkan semua ini? Ibuku sudah lama meninggal, saudara aku tak punya, lalu siapa?" gumannya heran. Namun karena rasa lapar, ia tak berpikir Iebih lanjut dan makan dengan lahap. Dalam hati ia berkata,"Besok aku akan mencaritahu siapa yang menyiapkan semua ini.”
Keesokan harinya, Bujang Enok bersembunyi di balik semak-semak depan rumahnya. Ia ingin tahu, siapa yang menyiapkan hidangan lezat itu. Menjelang siang, tampaklah iring-iringan tujuh wanita cantik membawa bermacam-macam makanan. Mereka semua cantik, namun ada satu yang paling memikat hati Bujang Enok. Gadis berselendang jingga telah memikat hati Bujang Enok.
Bujang Enok penasaran, "Siapa mereka? Mengapa mereka menyediakan makanan untukku?" Saat mencuri dengar percakapan mereka, barulah Bujang Enok tahu kalau makanan itu disediakan sebagai ucapan terima kasih. Rupanya ketujuh wanita itu tahu kalau dirinyalah yang membunuh ular berbisa itu. Bujang Enok jatuh cinta pada wanita berselendang jingga. Ia mencari cara untuk berkenalan. Ia lalu mengikuti ketujuh wanita tersebut. Mereka berjalan menuju sungai, kemudian melepas selendang untuk mandi. Diam-diam, Bujang Enok mengambil selendang jingga dan menyembunyikannya.
Selesai mandi, mereka kembali mengenakan selendangnya. "Dimana selendangku?" tanya salah satu dari mereka dengan panik. Keenam temannya membantu mencari selendangnya. Tentu saja mereka tak dapat menemukannya. Dengan berat hati, keenam wanita tersebut meninggalkannya di Bumi. Rupanya mereka semua adalah bidadari dari kayangan yang turun ke Bumi. Satu per satu mengepak-kepakkan selendangnya dan naik ke langit. "Maafkan kami, tapi kami harus meninggalkanmu," kata mereka.
Sepeninggal teman-temannya, wanita itu terus menangis. Bujang Enok lalu keluar dari persembunyiannya dan pura-pura bertanya, "Wahai wanita cantik, mengapa engkau terus menangis?"
Kumpulan Cerita Rakyat Daerah Riau Putri Mambang LinauKumpulan Cerita Rakyat Daerah Riau Putri Mambang Linau
"Aku kehilangan selendang jinggaku. Jika Kanda melihatnya, tolong kembalikan padaku," jawab wanita itu. Tak tega, Bujang Enok lalu mengembalikan selendang jingga itu.
"Aku yang mencuri selendangmu. Aku melakukannya karena aku jatuh cinta padamu. Aku tak ingin kau kembali ke kayangan. Tinggallah di sini dan menikahlah denganku," kata Bujang Enok jujur.
Wanita itu terharu mendengarketulusan niat Bujang Enok. Ia pun bersedia menikah dengan Bujang Enok. "Perkenalkan Kanda, namaku Putri Mambang Linau. Aku bersedia menjadi istri kanda. Namun ada satu syarat yang tak boleh dilanggar. Kanda tak boleh menyuruhkumenari. Jika aku menari, aku akan kembali ke kayangan, tempat asalku," kata wanita itu. Bujang Enok menyetujui syarat itu. Mereka pun menikah dan saling mencintai.
Hari demi hari berlalu. Bujang Enok dan Putri Mambang Linau hidup berkecukupan. Mereka amat dermawan dan suka membantu orang miskin. Lama-kelamaan, sifat baik hati Bujang Enok terdengar sampai ke telinga Raja. Raja senang padanya, dan untuk membalas jasa, Raja mengangkatnya menjadi kepala kampung. Bujang Enok dan Putri Mambang Linau sangat senang. Itu berarti, mereka dapat membantu lebih banyak penduduk kampung
Sebagai kepala kampung, Bujang Enok selalu diundang untuk menghadiri pesta-pesta yang diadakan oleh Raja. Pada suatu pesta, Raja mengumumkan bahwa semua istri kepala kampung diminta untuk mempersembahkan satu tarian. Hati Bujang Enok berdebar. Ia teringat janjinya pada Putri Mambang Linau. Namun ia juga tak ingin membantah perintah Raja. Putri Mambang Linau pun bingung. Bujang Enok berbisik padanga "Istriku, tolonglah, ini perintah Raja, aku tak mungkin menolaknga."
Putri Mambang Linau menuruti permintaan suaminya. Ketika gilirannya tiba, Putri Mambang Linau menarikan tarian terbaik. Dengan selendang jingganya, ia menari dengan gemulai. Semua gang hadir berdecak kagum melihat tariannga. Namun tiba-tiba, suasana menjadi gempar. Ketika sedang asyik menari, tiba-tiba kaki Putri Mambang Linau terangkat dari tanah. Tak lama kemudian, tubuhnya melayang-layang di udara. Bujang Enok memandangi istringa dengan sedih. Rupanya, inilah saatnya Putri Mambang Linau kembali ke kayangan. Putri Mambang Linau terbang semakin jauh ke langit. Ia melambaikan tangan tanda perpisahan pada suaminya.
Ada sedikit rasa penyesalan di hati Bujang Enok, namun ia menepisnya. "Aku harus mendahulukan kepentingan Raja di atas kepentingan pribadi," katanya dalam hati.
Sejak itu, Bujang Enok hidup seorang diri. Terkadang ia merindukan Putri Mambang Linau, tapi ia berusaha melupakannya. Atas kesetiaanya pada Raja, Bujang Enok pun diberi jabatan sebagai penghulu istana. Sampai akhir hayatnya, Bujang Enok mengabdikan diri pada rakyat dan rajanya.
Pesan dari Kumpulan Cerita Rakyat Daerah Riau : Putri Mambang Linau untukmu adalah dalam kehidupan, kita kadang harus memilih. Pikirkan dengan baik sebelum kau memutuskan dan setelah itu, jangan menyesalinya. Selain itu kita hendaknya tidak mengingkari janji, karena ada konsekuensi atas pilihan yang kita lakukan
selamat malam dan selamat tidur anak -anak cerdas. trimakasih sudah mampir dan membaca artikel saya, jangan lupa mampir lagi untuk membaca dongeng yang lainnya. sampai jumpa....
Burung Bayan Dan Si Penggetah
Dongeneg Burung Bayan Dan Si Penggetah -Tersebutlah seorang lelaki pada zaman dahulu. Tidak jelas siapa nama dia sesungguhnya, namun dia dikenal dengan nama si Penggetah. Si penggetah ini diambil dari pekerjaan lelaki itu sebagai penangkap burung dengan menggunakan getah. Si Penggetah sangat mahir dalam pekerjaannya. Burung-burung hasil tangkapannya kemudian dijual, dan uang hasil penjualan digunakan untuk kehidupan sehari-hari.
Si penggetah sudah menjalani pekerjaanya bertahun-tahun, namun masih ada yang mengganjal dalam hatinya. Ratusan burung telah berhasil dia tangkap, namun dia belum berhasil menangkap burung bayan yang terkenal dapat berbicara seperti manusia. Oleh karena itu pada hari yang telah dia tentukan, dia berangkat ke hutan yang terkenal tempat bersarangnya burung bayan. “ Jika nanti aku berhasil menangkap burung Bayan, aku akan mengurungnya dengan sangkar emas. Aku juga akan merawatnya dengan baik.” Janji si Penggetah dalam hati. Sambil menaburkan getah pada batang phon yang diduga tempat persinggahan Burung bayan.
Pada saat kesokan harinya si Penggetah memeriksa hasil pekerjaannya kemarin. Dia sangat bergembira setelah mendapati seekor burung Bayan terjebak dalam getah buatannya. Si Penggetah lantas membersihkan bulu-bulu burung Bayan yang masih ditempeli getah. Seraya memasukan baurung bayan hasil tangkapannya, si Penggetah berujar pelan.” Sesungguhnya aku telah berjanji jika berhasil menangkapmu, maka aku akan memasukan kedalam sangkar emas dan memeliharamu dengan baik. Namun saat ini aku sangat sulit melaksanakan janjiku karena kondisiku sangat miskin.”
Secara tidak terduga, burung Bayan itu menukas ucapan si Penggetah.” Jika engkau memang menghendaki emas, tampunglah kotoranku. Percayalah, kotoranku itu kelak akan berubah menjadi emas.”
Meski awalnya ragu, namun si Penggetah melaksanakan nasihat si burung Bayan. Dia menampung kotoran si burung bayan dan menyimpannya. Kejaiban terjadi, pada saat esok hari nya kotoran si Burung bayan berubah menjadi butiran-butiran emas. Si Penggetah lantas mengumpukan butiran-butiran emas tersebut. Sampai dirasanya cukup, dia menjual butiran-butiran emas itu dan membeli sebuah sangkat emas besar untuk si burung Bayan. Si penggetah tidak melupakan janjinya pada si burung Bayan, dia juga membeli makanan dan buah-buahan yang sangat disukai si burung bayan.
Berita mengenai Burung Bayan ajaib yang dimiliki si Penggetah dalam waktu singkat langsung menyebar. Kabar keberadaan burung Bayang yang kotorannya dapat berubah menjadi emaspun sampai ke telinga Raja Helat yang merupakan raja yang berkuasa di wilayah si Penggetah tinggal. Raja Helat sangat rakus dan kejam orangnya. Jika dia menginginkan sesuatu, maka apa yang diingikan tersebut harus menjadi miliknya. Dia tidak akan segan-segan merampas dan menggunakan kekerasan untuk mewujudkan setiap keinginannya. Tidak berapa lama setelah mendengar kabar tersebut, Raja Helat langsung memerintahkan hulubalangnya yaitu Bujang Selamat untuk merampas Burung Bayan ajaib itu dari tangan si Penggetah. “ Minta burung bayan itu agar dapat kumiliki, namun jika pemiliknya menolak, rampas saja dengan kekerasan.”
Bujang Selamat lantas berangkat menuju gubug tempat dimana Si Penggetah tinggal. Sesuai perintah raja Helat, Bujang Selamat meminta si Penggetah menyerahkan Burung Bayan miliknya kepada Raja Helat.
Sesungguhnya Si Penggerah sangat enggan menyerahkan Burung Bayan tersebut kepada Bujang Selamat, namun untuk menolakpun dia tidak memiliki keberanian. Dia tahu hukuman berat yang sedang menunggunya jika dia menolak keinginan Raja Helat. Dai pun memberikan usul.” Bagaimana jika kamu tanya sendiri saja perihal keinginan Sri Baginda kepada Burung Bayan peliharaanku.”
Bujang Selamat setuju dengan usula dari Si Penggetah.
“Wahai Burung Bayan.” Kata si Penggetah.” Tentu engkau sudah mendengar pembicaran aku dengan Hulubalang istana ini. Sekarang jawablah, apakah engkau bersedia menjadi peliharaan Raja Helat atau tidak. “
Burung Bayan menatap bujang Selamat lekat-lekat sebelum menjawab.” Bujang Selamat, jika Raja Helat mampu memenuhi syarat-syarat yang kuajukan, aku bersedia dengan suka rela menjadi peliharaan Raja Helat.”
“Syarat apa yang engkau kehendaki?” Tanya Bujang Selamat.
“Syarat yang kuajukan sangat mudah.” Ucap burung Bayan.” Aku akan bercerita tentang berbagai kisah. Aku ingin Raja Helat dan keluarganya mendengarkan ceritaku sampai selesai. Sebelum ceritaku berakhir, aku tidak boleh berpindah kepemilikan. Sampaikan kepada Raja Helat mengenai permintaanku ini. Jika Raja Helat bersedia, maka aku juga akan bersedia pula menjadi peliharaanya.”
si burung bayan sedang bercerita kepada Raja Helat
si burung bayan sedang bercerita kepada Raja Helat
Bujang Selamat segera melaporkan persyaratan yang diajukan Burung Bayan kepada Raja Helat. Mendengar cerita hulubalangnya, Raja Helat tanpa berpikir panjang segera menyetujui persyaratan itu. Raja helat berpendapat syarat yang diajukan Burung Bayan sangat mudah. Burung Bayan pun lantas dibawa ke Istana kerajaan.Dihadapan Raja Helat dan keluarganya burung Bayan mulai bercerita. Sangat menarik ternyata cerita yang disampaikan si Burung Bayan. Raja Helat dan keluarganya yang mendengar seperti disihir untuk terus mendengarkan kisah-kisah yang diceritakan si Burung Bayan. Mereka ingin terus mendengarkan cerita itu sampai selesai. Melihat antusiasme Raja Helat dan keluarganya, Si Burung Bayan kembali mengajukan syarat.” Hendaknya Paduka membayar cerita hamba ini dengan segantang emas murni, makanan dan minuman untuk ku.”
“Segantang emas murni?” bola mata Raja Helat membesar, sifat aslinya yang kikir terlihat jelas diwajahnya.” Aku harus membayar ceritamu dengan segantang emas murni, makanan dan juga minuman untukmu?”
“Benar.” Jawab Si burung Bayan. “ Sesuai perjanjian kita sebelumnya, jika hamba belum selesai bercerita, maka hamba tidak boleh berpindah pemilik. Untuk cerita hamba ini paduka harus membayar kepada pemilik hamba yaitu si Penggetah.”
Raja Helat terpaksa memenuhi permintaan si burung Bayan. Segantang emas memang jumlahnya sangat banyak bagi rakyat, namun bagi Raja Helat jumlah itu sedikit jika dibandingkan dengan hartanya yang disimpan di gudang istana. Gudang kerajaan sangat banyak menyimpan emas, makanan dan minuman. Itu didapatkan dari pajak kepada rakyat yang sangat tinggi. Semua harta dan makanan itu ditimbun hanya untuk kesejahteraan dirinya dan keluarganya. Sama sekali tidak terpikir olehnya mengenai kesejahteraan Rakyat yang dipimpinnya. Karena dia berpikir bahwa hartanya tidak akan habis untuk membayar seluruh cerita si burung Bayan, Raja Helatpun memberikan permintaan si Burung Bayan kepada Si penggetah.
Si Penggetah yang merasa harta yang diberikan kepadanya bukalah haknya, melainkan hak seluruh rakyat miskin yang selama ini mebayar pajak tinggi untuk kerajaan. Oleh karena itu si Penggetah justru membagikan kembali harta dan makanan yang diterimanya kepada rakyat yang ada dikerajaan tersebut. ]
Diluar dugaan Raja Helat, Si Burung Bayan benar-benar cerdik. Ceritanya tidak hanya menarik, namun juga panjang dan terus bersambung. Raja Helat dan keluarganya seperti terkena candu untuk terus mendengarkan cerita dari si Burung Bayan. Setiap kali menyelesaikan satu bagian dari cerita panjuangnya, si Burung Bayan meminta bayaran segantang emas murni, makanan dan minuman. Raja Helat terus memenuhi permintaan tersebut. Karena cerita itu terus berkembang, hingga berbulan-bulan kemudian cerita itu belum juga selesai. Telah berpuluh-puluh gantang emas diberikan Raja Helat kepada si Penggetah, disamping berkarung karung makanan, buah-buahan dan minuman. Raja Helat tidak menyadari bahwa gudang penyimpanan hartanya semekin lama semakin kosong. Sampai akhirnya tibalah saat dimana seluruh harta Raja Helat yang disimpan digudangnya habis. Raja Helat yang kikir saat ini tidak memiliki harta. Rakyat yang selama ini dibantu oelh si Penggetah jadi tahu perilaku buruk Raja mereka yang suka menimbun harta untuk dirinya sendiri. Mereka melihat Raja Helat tidak pernah memikirkan kesejahteraan mereka. Rakyat yang marah akhirnya bersatu padu dengan perajurit dan hulubalang kerajaan untuk menggulingkan kekuasaan Raja Helat dan keluarganya.
Rakyat, hulubalang dan para perajurit sepakat untuk mengangkat si Penggetah menjadi raja mereka menggantikan Raja Helat yang kikir dan kejam.
Bertahtalah si penggetah selaku Raja. Dia mengangkat Si Burung Bayan menjadi penasehat kerajaan. Karena saran dan nasihat si Burung Bayan yang cerdas dan bijak, si Penggetah dapat menjalankan kerajaan itu dengan baik. Kesejahteraan Rakyat senantiasa menjadi prioritas utama, dia tidak pernah menumpuk kekayaan seperti yang dilakukan oleh Raja Helat.
Segenap Rakyat kerajaan dapat hidup dengan tenang, damai dan sejahtera dalam pemerintahan si penggetah. Sementara si Penggetah pun hidup berbahagia bersama si burung Bayan yang tetap ditunjuknya selaku penasihat kerajaan.
demikian kisah burung bayan dan si penggetah yang kami bagikan, selamat tidur dan beristirahat anak cerdas, sampai jumpa lagi.
Ikan Mas Pengabul Permintaan
Dongeng Ikan Mas Pengabul Permintaan - Jaman dahulu kala tinggalah sepasang kakek dan nenek yang sangat miskin. Mata pencaharian si kakek adalah sebagai pencari ikan di laut. Meski hampir setiap hari kakek pergi menjala ikan, namun hasil yang didapatkannya hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Suatu hari ketika si kakek sedang menjala ikan, tiba-tiba dia merasa jalanya sangat berat. Seperti ada ikan raksasa yang terperangkap didalamnya.
"Ah, pasti ikan yang sangat besar." Pikir si kakek senang
Dengan sekuat tenaga si kakek menarik jalanya. Namun ternyata tidak ada ikan besar yang tertangkap, melainkan hanya ikan kecil yang tersangkut. Rupanya ikan kecil itu bukan ikan biasa, badannya berkilauan seperti emas dan bisa berbicara seperti layaknya manusia.
"Kakek, tolong lepaskan aku. Aku akan mengabulkan semua permintaanmu." Kata si ikan emas.
Si kakek berpikir sejenak, lalu berkata." Aku tidak memerlukan apapun darimu, aku akan melepaskanmu pergilah!"
Kakek melepaskan ikan emas itu kembali ke laut, lalu diapun kembali pulang. Sesampainya di rumah, nenek menanyakan hasil tangkapan si kakek.
"Hari ini aku hanya mendapatkan satu ekor ikan emas, dan itupun sudah aku lepas kembali. Aku yakin itu adalah ikan ajaib, karena dia bisa berbicara. Katanya dia akan memberiku imbalan jika mau melepaskannya." Cerita si kakek.
"Lalu apa yang kau minta." Tanya si nenek
"Tidak ada."
Oh, alangkah bodohnya!" Seru nenek." Setidaknya kau bisa meminta roti untuk kita makan. Pergilah dan minta padanya!"
Maka dengan segan si kakek kembali ke tepi pantai dan berseru." Wahai ikan emas ajaib, datanglah kemari. Kabulkan permintaan kami."
Tiba-tiba si ikan emas muncul di permukaan laut." Apa yang kau inginkan kek? Katanya.
"Istriku marah padaku, berikan aku roti untuk makan malam, maka dia akan memaafkanku." Pinta si kakek.
"Pulanglah! Aku telah mengirimkan roti yang banyak ke rumahmu." Jawab ikan emas ajaib.
Maka pulanglah si kakek dengan senang hati. Setibanya di rumah, didapatinya meja makan telah penuh dengan roti.
Namun ternyata istrinya masih tampak marah kepadanya." Kita telah punya banyak roti, tapi meja makan kita telah reot. Pergilah ke laut dan minta agar ikan sakti itu memberikan kita rumah yang baru beserta isinya."
Terpaksa si kakek kembali kelaut." Wahai ikan emas sakti, datanglah kemari. Kabulkan permintaan kami."
"Ups." Ikan emas muncul." Apalagi yang kau inginkan kakek."
"Istriku menyuruhku memintamu agar memberikan kami rumah baru beserta isinya, karena rumah kami sudah reot istriku tidak mau tinggal disana."
"Tenanglah kek! Pulanglah! Keinginanmu sudah aku kabulkan."
Kakek pun pulang. Sesampainya di rumah, dilihatnya bahwa rumahnya telah berubah menjadi baru. Rumah yang indah terbuat dari kayu yang kuat. dan di depan pintu rumah itu, nenek sedang menunggunya dengan wajah tampak lebih marah dari sebelumnya." Dasar kakek bodoh! jangan kira aku merasa puas hanya dengan membuatkanku rumah baru ini. Pergilah kembali, dan mintalah pada ikan emas itu bahwa aku tidak mau menjadi istri nelayan. Aku ingin menjadi nyonya bangsawan. sehingga orang lain akan menuruti keinginanku dan menghormatiku!"
Untuk kesekian kalinya si kakek kembali ke tepi laut dan berseru." Wahai ikan emas ajaib, datanglah kemari. Kabulkan permintaan kami."
Dalam sekejap ikan emas ajaib itu muncul di hadapan si kakek." Apa yang engkau inginkan lagi kakek?"
"Istriku tidak bisa membuatku tenang. Dia bahkan semakin marah. Katanya dia sudah lelah menjadi istri nelayan dan ingin menjadi nyonya bangsawan." Pinta si kakek.
"Baiklah. Pulanglah! Keinginanmu sudah aku kabulkan." Kata si ikan emas ajaib.
Alangkah terkejutnya si kakek kaetika kembali ternyata rumahnya telah berubah menjadi sebuah rumah yang megah. Terbuat dari batu yang kokoh, tiga lantai tingginya, dengan banyak sekali pelayan di dalamnya. Si kakek melihat istrinya sedang duduk di sebuah kursi tinggi sibuk memberi perintah kepada para nelayan.
"Halo istriku." Sapa sang kakek.
"Betapa tidak sopannya." Bentak si nenek." Berani sekali kau mengaku sebagai suamiku. Pelayan bawa dia ke gudang dan beri dia 40 cambukan!"
Segera saja beberapa pelayan menyeret si kakek ke gudang dan mencambuknya sampai si kakek hampir tidak bisa berdiri. Hari berikutnya istrinya memerintahkan si kakek untuk bekerja sebagai tukang kebun. Tugasnya adalah menyapu halaman dan merawat kebun.
"Dasar perempuan jahat!" Pikir si kakek. "Aku sudah memberikan dia keberuntungan tapi malah tidak mau mengakuiku sebagai suaminya."
Lama kelamaan si nenek bosan menjadi nyonya bangsawan, maka dia kembali memanggil si kakek." Hai lelaki tua, pergilah kembali kepada ikan emasmu dan katakan padanya aku tidak mau lagi menjadi nyonya bangsawan, aku mau menjadi ratu."
Maka kembalilah si kakek ke tepi laut dan berseru. " Wahai ikan emas ajaib, datanglah kemari. Kabulkan lah keinginan kami."
Dalam sekejap ikan emas ajaib muncul di hadapan si kakek." Apa engkau inginkan lagi kakek."
"Istriku semakin keterlalulan. Dia tidak ingin menjadi nyonya bangsawan, tapi ingin menjadi ratu."
"Baiklah, pulanglah! Keinginanmu sudah dikabulkan!" Kata ikan emas.
Sesampainya si kakek di tempat dulu rumahnya berdiri, kini tampak olehnya sebuah istana beratap emas dengan para penjaga berlalu lalang. Istrinya yang kini berpakaian layaknya seorang ratu berdiri di balkon dikelilingi para jenderal dan gubernur. Dan jika dia mengangkat tangannya, bedug akan berbunyi diiringi musik dan para tentara akan bersorak sorai.
Setelah sekian lama, si nenek kembali bosan menjadi seorang ratu. Maka dia memerintahkan para jenderal untuk menemukan si kakek dan membawa ke hadapannya. Seluruh istana sibuk mencari si kakek. Akhirnya mereka menemukan kakek di kebun dan membawanya menghadap ratu.
"Dengar lelaki tua! Kau harus pergi menemui ikan emasmu! Katakan padanya bahwa aku tidak mau lagi menjadi ratu. Aku mau menjadi dewi laut sehingga semua laut dan ikan-ikan diseluruh dunia menuruti perintahku."
Si kakek terkejut mendengar permintaan istrinya, dia mencoba menolaknya. Tapi apa daya, si nenek mengancam akan membunuhnya, maka dengan terpaksa dia kembali ke tepi laut dan berseru. " Wahai ikan emas ajaib, datanglah kemari. Kabulkan lah keinginan kami."
Kali ini ikan emas tidak langsung muncul. Kakek mencoba memanggil kembali, namun ikan emas tetap tidak terlihat. Pada saat si kakek memanggil untuk yang ketiga kalinya, tiba-tiba laut mulai bergolak dan bergemuruh. Saat ombak mulai mereda muncullah ikan emas." Apa yang kau inginkan lagi kakek."
"Istriku telah benar-benar menjadi gila." kata si kakek." Dia tidak mau lagi menjadi ratu tetapi ingin menjadi dewi laut yang bisa mengatur lautan dan memerintah semua ikan."
Si ikan emas terdiam dan tanpa mengatakan apa pun dia kembali menghilang ke dalam laut. Si kakek pun kembali pulang. dia hampir tidak percaya pada penglihatannya ketika menyadari bahwa istana yang megah dan semua isinya telah hilang. Kini di tempat itu, berdiri sebuah gubuk reot yang dulu pernah ditinggalinya. Dan didalamnya duduklah si nenek dengan pakaiannya yang compang-camping. Mereka kembali hidup seperti dulu. Kakek kembali menjadi nelayan dengan penghasilan yang pas-pasan.
Pesan moral dari Dongeng Legenda Hewan Ikan Mas Pengabul Permintaan adalah
1. Kita hendaknya jangan serakah, dan tidak melupakan masa lalu (pesan untuk si nenek)
2. Kita harus berani mengambil sikap menegakkan kebenaran (pesan untuk si kakek)
Pangeran Kodok Dan Putri Yang Cantik
Dongeng Pangeran Kodok Dan Putri Yang Cantik - Alkisah pada suatu ketika hiduplah seorang raja yang adil dan bijaksana. Bersama permaisuri dan pangeran putera mahkota yang masih dalam buaian mereka hidup di istana yang megah, dengan kolam teratai yang dipenuhi ikan berwarna rupa, halaman yang dihiasi rumput halus hijau dan warna-warni bebungaan. Sang raja dan permaisuri hidup bahagia dan dicintai rakyatnya. Keadilan dan kebijaksanaan sang raja terkenal di seantero dunia. Dihormati kawan dan disegani lawan. Sayangnya tidak semua orang rupanya menyukai raja yang baik ini. Adalah seorang penyihir jahat yang sejak lama sangat mendendam dengan kesuksesan sang raja. Dia sangat membenci semua hal yang berkaitan dengan sang raja. Si penyihir iri dengan semua hal yang dimiliki oleh sang raja. Si penyhir iri dengan permisuri raja yang cantik jelita. Si penyihir dengki dengan istana yang megah dan indah. Si penyhir iri dengan singgasana yang berwibawa. Si penyir iri dengan kehormatan yang dimiliki oleh sang raja dan begitu dicintai oleh rakyatnya. Dulu, si penyihir adalah kepala tabib istana. Tapi karena kesalahan besar, sang penyihir berusaha meracun raja untuk mendapatkan permaisuri yang rupawan. Tapi gagal, dan si penyihir diusir ke hutan yang gelap dan terpencil di pinggir rawa-rawa yang dipenuhi nyamuk dan buaya.
Suatu ketika, ketika rasa irinya sudah begitu memuncak, si penyihir terbang dengan sapu bututnya ke istana sang raja. Karena kebaikan sang raja, si penyihir diterima dengan baik dan sopan. “Apakah gerangan yang membuat Tuan datang kemari? Saya merasa terhormat dengan kunjungan tuan.” Sambut sang raja kepada si penyhir. “Puah! Tak usah kau beramah tamah bermanis kata! Dusta!” balas si penyihir. Sang raja kaget mendapat respon yang tidak diduga-duganya itu. Tapi sang raja masih bersabar. Dan dengan bijak kembali dia menanyakan kedatangan si penyihir mantan kepala tabib istananya itu. “Ada berita apa gerangan yang tuan bawa kepada saya...?”
“Ya, aku membawa satu berita untukmu, raja sombong! Aku membawa kutuk untuk keluargamu. Aku mengutuk anakmu yang kamu banggakan itu menjadi kodok! Dia akan selamanya menjadi kodok, sampai ada putri cantik yang mencintainya setulus hati dan mencium bibirnya tanpa merasa jijik! Puah…!” si penyihir merapalkan mantera kutuk untuk putera sanga raja. Mendengar kutuk itu, sang raja marah, “Durjana! Tak tahu terimakasih! Sudah diberi kesempatan memperbaiki diri, pulang-pulang membawa petaka! Pengawal tangkap orang ini! Gantung dia di alun-alun!”
Si penyihir hendak lari dan berusaha menghindari tangkapan para pengawal tapi gagal. Sambil berteriak terseret-seret dia kembali mengeluarkan kutuknya; “Pangeran putera mahkota akan menjadi kodok! Hahahaha! Aku boleh mati kau gantung raja sombong, tapi kau tak akan punya pengganti! Puteramu akan jadi pangeran kodok! Pangeran kodok! Kodok…! dok…! hahahahahaha….!” Benarlah apa yang dikatakan oleh si penyihir. Permaisuri berlari terisak memanggil sang raja. “Kanda… kanda… putera kita… hiks… putera kita kanda…” permaisuri terduduk memeluk kaki sang raja. Mereka pun berjalan cepat masuk ke dalam kamar sang pangeran yang baru berumur beberapa bulan itu.
Sang raja terperangah ketika melihat puteranya yang tidur di buaian itu. Dia telah berubah menjadi manusia kodok! Persis seperti yang diucapkan oleh si penuihir. Kulitnya berwarna hijau dengan belang coklat dan hitam. Bibrnya lebar dan bergelambir dower. Kepalanya plontos dan bentuknya tidak bulat. Matanya besar mencorong ke luar. Dan jari-jari tangan dan kakinya berselput seperti bebek! Raja terduduk lemas. Dia memerintahkan pengawalnya untuk menghentikan hukum gantung terhadap si penyhir. Tapi terlambat, baru saja si penyhir mati. Tali gantungan mengakhiri kezalimannya. Dan dimulailah kemuraman kerajaan yang bahagia itu. Tak ada lagi senyum ceria para warga. Mereka seolah-olah ikut merasakan kesedihan keluarga raja mereka. Waktu berlalu sang putera bertambah usia. Dan perkemabangan putera mahkota yang diharapkan meneruskan pemerintahan negeri itu semakin menyedihkan. Sang pangeran tak bisa bicara, hanya suara-suara aneh seperti katak setiap kali dia hendak bicara, “Groook…grook… grook…!”
Suatu ketika, sang pangeran duduk di pinggir kolam teratai yang indah itu. Ikan berwarna-warni dan bunga-bunga teratai yang mekar merekah merah itu tak mampu menghibur hatinya yang diliputi perasaan menyesal. Sang pangeran menyesali keadaan dirinya yang begitu malang. Dia menyesali rupa dirinya yang buruk. Tak ada seorang pun yang berani mendekatinya. Bahkan untuk ngobrol dnegan orangtuanyapun dia tidak bisa. Dia iri melihat muda-mudi rakyat kerajaannya bermesra-mesraan dengan, berpandang-pandangan saling cinta. Ayahnya, sang raja, sampai saat ini masih menyelenggarakan sayembara untuk menghapus kutukan sang penyhir.
"BARANGSIAPA BERHASIL MENYEMBUHKAN PUTERA MAHKOTA DARI KUTUK PENYIHIR YANG JAHAT AKAN DIJADIKAN ISTRI PANGERAN".
Beratus-ratus puteri cantik dari berbagai kelas, tempat dan kerajaan berdatangan ke istana mencoba peruntungan mereka. Tapi ketika mereka masuk ke dalam kamar dan melihat keadaan sang pangeran yang sebenarnya, mereka para puteri itu berteriak kaget. Mereka jijik dengan rupa pangeran yang aneh itu. Apalagi mereka harus menciumnya? Hiiiy! Swamapi suatu ketika, ketika sang pangeran sedang menangisi dirinya di tepi kolam, sebentuk jari halus menghapus air matanya. Pangeran terkejut, terpana. Seorang puteri duduk disampingya. Puteri cantik bergaun putih, kulit tangan yang mulus. Mata yang indah. Senyum yang sumringah. Cantik mempesona.
Sang pangeran mundur menjauhi si putri, dia malu dengan keadaan dirinya. Dia berlari masuk ke kamarnya. Dia menangis berteriak keras, “Grooook….! groook..? groook…!” Sang putri jelita itu pelan berjalan ke dalam istana. Disambut lesu oleh sang raja. Dia mengutarakan niatnya kepada sang raja dan permaisuri. “Tuan Raja yang bijak, tuan permaisuri, hamba adalah puteri dari kerajaan tetangga sebelah selatan. Hamba turut berduka dengan keadaan yang menimpa keluarga kerajaan Tuan raja dan permaisuri. Oleh karena itu, kedatangan hamba kemari dengan niat membantu. Barangkali jika hamba diijinkan, saya akan mencoba membantu putera mahkota.” Permaisuri yang begitu mencintai puteramya itu tak pernah kehilangan semangat. “Baiklah, puteri yang baik. Kami sangat menghargai usahamu. Mari saya antar ke kamar putera kami.” Lalu Diantarlah si puteri dengan penuh harap akan kesembuhan puteranya.
Sampai di depan pintu kamar pangeran, permaisuri mengetuk pintu. “Nak… puteraku sayang, bukalah pintu kamarmu. Ada seorang puteri cantik yang ingin menolongmu, Nak. Bukalah pintunya.” Tak ada jawaban dari dalam. Tapi tak lama kemudian pintu dibuka, sedikit. Terlihat mata yang mencorong itu mengintip dari sela-sela pintu. Mencari-cari puteri yang dimaksud ibunda permaisurinya. Ternyata putri yang tadi menghapus air matanya di taman!
Dibukalah pintu oleh sang pangeran. Dan ditariknya tangan si puteri kasar. Permasuri terkejut dan mencoba ikut masuk. Tapi si putri memberi tanda agar membiarkan mereka berdua saja di dalam kamar. Pintu kamar tertutup kembali. Rapat.
Di dalam kamar yang luas dan mewah itu, si pangeran kodok duduk di lantai menjatuhkan kepalanya di lutut puteri yang duduk anggun di atas kursi. Pangeran kodok menangis tersedu, “Groook…groook…grokkk…” dia hendak mengatakan "Tolong aku, puteri, tolong aku. Cabutlah kutukan ini. Aku tak tahan lagi. Aku ingin mati saja jika kutukan ini tak hilang dariku.” Si putri membelai lembut kepala polos berwarna hijau itu. Dia mengerti apa yang dikatakan oleh si kodok. Dipandanginya mata belok yang mencorong itu, dalam. Mereka seperti bicara dari hati ke hati. “Aku akan menolongmu. Aku mencintaimu.”
Lalu, si putri mencium sang pangeran. Dan tiba-tiba, Buzzzh! Asap tebal menyelimuti tubuh sang pangeran, memenuhi ruang kamar. Dan ketika asap itu sudah mulai berkurang, samar terlihat pangeran yang berwarna hijau tadi telah hilang. Tubuhnya berganti rupa menjadi tubuh manusia yang sempurna, sehat, kekar, dan tentu saja wajahnya yang tampan. Si puteri terpana dengan pemandangan di hadapannya. Pintu kamar terbuka. Dan pangeran tampan itu keluar memeluk ibunda permasuri.
Kerajaan kembali berbahagia. Pangeran tampan dan puteri jelita akhirnya menikah. Pesta meriah pun diadakan untuk merayakan kesembuhan sang pangeran dan pernikahan mereka. Mereka hidup bahagia, selamanya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Masih ingatkan dongeng diatas !!.., dulu waktu kecil Kita sering denger dongeng tersebut, tapi kalau sekarang suka ketawa sendiri. Apa ada cewek seagresif putri tadi yang rela/mau mencium orang sebesar kodok (eh salah ding kodok sebesar orang ha...ha..) yang buruk rupa....jangankan nyium ngebayangin juga gak akan berani ha.ha...namanya juga dongeng ceritanya fiktif karena memang diangkat dari pemikiran dan kisah nyata sehingga menjadi alur perjalanan hidup dengan pesan moral, tapi sebenarnya apa Esensi (inti sari) atau pesan moral yang terdapat didalam cerita tadi!!...(hi..hi..berat nih).
Dongeng tadi menjelaskan kepada kita bahwa sejatinya kita harus tetap bersyukur dengan keadaan kita, jangan mengurung diri hanya karena membenci badan kita yang kurus, kecil, hitam pula lagi, membenci karena hidungmu mancung kedalam, menangisi karena tangan kita yang pendek sebelah, mengutuki bibir yang melar seperti karet gelang yang kena minyak tanah, atau pun segala macam kekurangan yang ada pada diri kita, walau bagaimanapun kita sebagai manusia dianugerahkan banyak kelebihan dan kemampuan, "Bukankah makhluk Allah yang paling sempurna penciptaannya adalah manusia.", semua yang ada didunia ini semuanya pasti ada padanannya, seperti pria dengan wanita, bumi dengan langit atau jangan jauh-jauh diri kita sendiri saja: dua buah mata, sepasang telinga, dua kaki & tangan. So Bro n Sis begitu pun dengan kita Allah menciptakan kekurangan pasti menciptakan kelebihan pada kita. Contohnya saja Thomas Alfa Edison yang notabene berasal dari orang tidak mampu, bahkan ketika disekolahnya dia di DO karena dianggap bodoh tapi apa yang terjadi beberapa tahun kedepan dia sudah menjadi seorang ilmuan, penemu yang sampai saat ini hasil ciptaannya masih kita nikmati (Lampu Pijar), atau kemarin dalam salah satu acara audisi disalah satu stasiun televisi yang pesertanya seorang perempuan tuna netra tetapi mempunyai suara yang luar biasa merdunya, atau kisah Nabi Kita sendiri Nabi Muhammad SAW yang dilahirkan seorang diri tanpa Ibu dan Ayah, hidup dengan seorang paman yang pada akhirnya pun meninggal sehingga dia hidup betul-betul sebatang kara, tapi apa yang terjadi dia membawa perubahan yang sangat besar didunia ini sehingga dianugerahi sebagai manusia yang paling mulia didunia ini, sebagai seorang suri tauladan.
Jadi jangan menarik diri kita dari dunia sosial, jangan berlarut-larut dalam meratapi kekurangan kita, menjadikan kita Parno (paranoid) dengan orang lain, Oh Bro n Sis masih banyak yang bisa kita lakukan diluar sana, Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym didalam bukunya “Inspiring Stories” mengatakan, “Hindari kesalahan besar, yaitu kesalahan tidak berbuat apa-apa.”, terus gali kelebihan potensi diri kita sehingga menjadi sesuatu yang bisa dibanggakan kelak, intinya adalah
cintai dan hargai diri kita sendiri niscaya orang lain pun akan menghargai kita,
bagaimana orang lain bisa mendekati kita klo diri kita aja jarang mandi, bagaimana orang lain mau berteman dengan kita kalau kita sendiri selalu menyendiri/menjauhi mereka, bagaimana bisa dapat cewek klo kita sendiri malas keluar untuk mencarinya, diluar sana banyak bro cewek atau cowok yang mau dengan kita.
Semoga kita selalu menjadi orang selalu bersyukur dengan apa yang ada dalam diri kita saat ini (mudah-mudahan menjadi motivasi bagi anakmuda sendiri..amin).
Joko Kendil
Dongeng Joko Kendil - Pada Zaman Dahulu. Di Sebuah Desa Di Jawa Tengah, Hiduplah Seorang Janda Tua. Ia Hidup Sebatang Kara. Suaminya Sudah Meninggal Beberapa Tahun Lalu. Ia Tinggal Di Sebuah Rumah Tua Seorang Diri. Untuk Memenuhi Kebutuhannya Sehari-Hari, Ia Berjualan Kayu Bakar Di Pasar. Perjalanan Yang Harus Di Tempuh Ke Pasar Sangat Jauh. Uang Yang Ia Perolehdari Berjualan Pun Sangat Sedikit. Meskipun Begitu, Ia Tetap Giat Bekerja Dan Tidak Menyerah.
Cerita Rakyat dari Jawa Tengah Joko Kendil
Cerita Rakyat dari Jawa Tengah Joko Kendil
Sebenarnya Janda Itu Sangat Menginginkan Kehadiran Seorang Anak. Namun, Untuk Mengangkat Anak Sudah Pasti Ia Tidak Mampu. Untuk Memenuhi Kebutuhan Dirinya Sendiri Saja Masih Kekurangan. Namun, Pada Suatu Malam, Ia Bermimpi Kejatuhan Bulan Di Siang Hari. Mimpi Yang Aneh Itu Membuatnya Sangat Gelisah. Bagaimana Mungkin Ada Bulan Pada Siang Hari? Ada Apa Dengan Mimpi Tersebut. Pikirnya.
Paginya, Janda Itu Bangun Dengan Hati Yang Resah Karena Berpikir Tentang Mimpinya. Ia Bergegas Pergi Ke Pasar Sebelum Matahari Terbit. Setelah Menjual Semua Dagangannya Dan Membeli Beberapa Barang Kebutuhannya, Ia Segera Pulang.
Ketika Melewati Pintu Pasar. Ia Melihat Segerombolan Orang Berkerumun Mengelilingi Seorang Laki-Laki. Karena Penasaran, Janda Itu Mendekati Kerumunan Tersebut. Ternyata, Laki-Laki Itu Adalah Seorang Peramal. Ia Sedang Meramal Seorang Wanita.
‘’ Pak Peramal, Saya Ingin Tahu Apa Maksud Mimpi Saya Semalam.’’ Ujar Wanita Tua Itu.
Peramal Itu Berkata, ‘’ Ceritakanlah Mimpimu Itu?’’
‘’ Semalam Saya Bermimpi Kejatuhan Bulan. Apakah Itu Pertanda Buruk?’’ Ujar Si Wanita. Dengan Wajah Sumringah. Peramal Itu Berkata. ‘’ Wah, Justru Itu Pertanda Yang Baik. Mimpi Kejatuhan Bulan Artinya Engkau Akan Mendapatkan Keturunan. Engkau Kan Mendapat Seorang Anak. Selamat!’’
Mendengar Perkataan Peramal Itu. Si Janda Sangat Terkejut. Mimpi Yang Dialami Oleh Wanita Itu Sama Dengan Mimpinya. Namun, Apakah Ia Juga Akan Memperoleh Seorang Anak. Ia Tidak Habis Pikir. Bagaimana Mungkin Seorang Permpuan Tua Yang Tidak Bersuami Seperti Dirinya Bisa Melahirkan Seorang Anak. Namun, Ia Tidak Terlalu Memikirnya Ramalan Tersebut. Ia Pun Segera Berjalan Pulang.
Setibanya Di Rumah, Janda Tua Itu Melihat Dua Orang Laki-Laki Sudah Menunggu Di Depan Rumahnya. Mereka Membawa Sebuah Bungkusan Yang Besar. Janda Tua Itu Menanyakan Maksud Dari Kedatangan Mereka Kerumahnya.
‘’ Kami Ingin Menitipkan Sesuatu Kepada Ibu.’’ Kata Salah Satu Pemuda.
‘’ Apa Yang Ingin Kau Titipkan, Nak?’’ Tanya Si Janda. Pemuda Itu Menjawab. ‘’ Kami Berniat Menitipkan Seorang Bayi Untuk Di Besarkan Oleh Ibu Layaknya Seorang Anak Ibu Sendiri.’’
Mendengar Permintaan Dari Kedua Pemuda Itu, Si Janda Langsung Menolak. Ia Merasa Tidak Mampu Merawat Seorang Anak Karena Hidupnya Yang Serba Kekurangan. Namun, Kedua Pemuda Itu Memohon Dan Bersedia Untuk Memenuhi Seluruh Kebutuhan Si Anakitu. Akhirnya, Janda Itu Pun Bersedia.
Kedua Pemuda Itu Menyerahkan Bungkusan Besar Yang Mereka Bawa. Ternyata Berisi Seorang Bayi. Bungkusan Tersebut Boleh Di Buka Setelah Kedua Pemuda Itu Pergi. Pada Saat Di Buka. Melompatlah Seorang Anank Laki-Laki Yang Sangat Aneh Bentuk Tubuhnya. Janda Itu Sangat Terkejut.
Rupa Si Anak Itu Sangat Memprihatinkan. Bentuk Kepalanya Menyerupai Periuk Yang Biasa Di Gunakan Untuk Menyimpan Air Atau Di Sebut Juga Kendil. Tetapi Ia Memiliki Badan Yang Utuh. Anak Itu Di Beri Nama Joko Kendil.
Cerita Rakyat Jawa Tengah Joko Kendil
Cerita Rakyat Jawa Tengah Joko Kendil
Meskipun Bentuk Tubuhnya Aneh. Joko Kendil Adalah Anak Yang Baik Hati Dan Rajin. Seiring Berjalanya Waktu, Janda Tua Itu Semakin Menyanyangi Anak Angkatnya Itu Yang Sudah Di Anggap Sebagai Anak Kandungnya Sendiri.
Kehidupan Janda Itu Sangat Berubah Semenjak Kehadiran Joko Kendil. Joko Kendil Yang Rajin Selalu Membantunya Mengolah Kebun. Hasil Panennya Selalu Berlimpah Ruah. Mereka Tidak Pernah Hidup Kekurangan.
Pada Suatu Sore, Ketika Sedang Beritirahat Setelah Berkebun. Joko Kendil Melihat Kapal Layar Kerajaan. Joko Kendil Memperhatikan Kapal Tersebut Hingga Mendekat. Dari Dalam Kapal Tersebut Terlihat Putri Raja Yang Sangat Cantik Jelita. Joko Kendil Langsung Jatuh Cinta . Ia Langsung Memceritakan Perasaannya Kepada Ibunya.
Pada Suatu Hari. Kerajaan Mengadakan Sayembara. Isi Sayembara Tersebut Adalah Barang Siapa Yang Mampu Menemukan Dan Membawa Gamelan Lokananta Maka Ia Akan Di Nikahkan Dengan Putri Raja. Siapa Pun Boleh Mengikuti Sayembara Ini. Asalkan Orang Tersebut Mampu Melakukannya.
Joko Kendil Mendengar Sayembara Tersebut Dan Langsung Memohon Kepada Ibunya Agar Di Perbolehkan Untuk Mengikuti Sayembara Itu. Ibunya Sempat Melarang Karena Hal Itu Sangatlah Mustahil. Ibunya Merasa Joko Kendil Tidak Mungkin Mendapatkan Gamelan Yang Di Maksud Oleh Raja. Namun, Joko Kendil Tetap Memaksa. Akhirnya Ibunya Mengalah Dan Membawa Joko Kendil Ke Istana.
Di Istana Semua Orang Yang Melhat Joko Kendil Mencemooh Dan Menertawakan. Namun, Joko Kendil Tetap Bersikap Tenang. Lagi Pula, Putri Raja Juga Tidak Keberatan Jika Joko Kendil Menjadi Salah Satu Peserta Dari Sayembara.
Setelah Semua Peserta Siap. Raja Memerintahkan Mereka Untuk Mengeluarkan Gamelan Lokananta Yang Telah Di Janjikan. Ibunya Sudah Mulai Khawatir Karena Joko Kendil Sama Sekali Tidak Membawa Seperangkat Gamelan. Joko Kendil Menenangkan Ibunya. Lalu, Ia Mengucapkan Sebuah Mantra. Tiba-Tiba Munculah Seperangkat Gamelan Yang Sangat Indah Dan Mempesona.
Dari Seluruh Peserta Yang Sudah Di Uji Tidak Ada Satupun Gamelan Yang Benar-Benar Merupakan Gamelan Lokananta. Namun, Tiba-Tiba, Terdengar Alunan Merdu Sebuah Gamelan. Gamelan Itu Adalah Milik Joko Kendil.
Semua Orang Terpukau Dengan Ke Indahan Bunyi-Bunyian Yang Keluar Dari Gamelan Itu. Maka Terpilihlah Joko Kendil Sebagai Pemenangnya Dan Ia Akan Di Nikahkan Dengan Putri Raja Yang Sangat Cantik.
Pada Hari Pernikahan. Kedua Mempelai Duduk Di Kursi Pengantin Di Hadapan Seluruh Undangan. Tiba-Tiba, Tanpa Di Sangka, Sang Putri Memeluk Joko Kendil Dengan Sangat Erat Sampai Joko Sulit Untuk Bernapas.
Terjadilah Sebuah Peristiwa Yang Sangat Mengagetkan. Joko Kendil Yang Buruk Rupa Berubah Menjadi Seorang Pangeran Yang Sangat Tampan. Melihat Kejadian Itu. Raja Langsung Menjelaskan Kepada Semua Undangan. Sesungguhnya Maksud Di Adakannya Sayembara Pada Waktu Itu, Karena Raja Mendapat Sebuah Bisikan Suci Ketika Meminta Petunjuk Dalam Memilih Calon Suami Anaknya.
Dalam Bisikan Itu Di Sebutkan Bahwa Calon Menantu Raja Adalah Seorang Pangeran Yang Sangat Tampan, Gagah Perkasa Dan Sakti. Berkat Kesaktianya Ia Akan Menciptakan Gaamelan Lokananta Dari Kayangan. Selain Itu Putri Raja Juga Harus Memeluk Calon Suaminya Pada Saat Duduk Di Pelaminan.
Raja Juga Menjelaskan Bahwa Joko Kendil Adalah Pangeran Yang Di Kutuk Oleh Ayahnya Akibat Melanggar Larangan Ayahnya. Namun, Kutukan Itu Akan Berakhir Jika Dapat Pelukan Dari Calon Istrinya Sebelum Mereka Sah Sebagai Suami Istri.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Jawa Tengah : Joko Kendil adalah
Begitulah Kisah Joko Kendil Yang Selama Hidupnya Sering Di Ejek Dan Di Cemooh Orang Karena Fisiknya. Namun, Di Balik Itu Semua, Karena Kesabaran Ia Memperoleh Kebahagian Yang Sangat Luar Biasa. Hidup Bahagia Selamanya Dengan Istri Yang Sangat Cantik
Selamat Terlelap anak- anak cerdas semua. semoga tidurnya nyenyak, terimakasih sudah mampir untun membaca artikel joko kendil, nantikan dongeng lainnya, sampai jumpa.