BREAKING NEWS

Entertainment

Technology

Travelling

Rabu, 23 November 2016

Manfaat Di Didongengkan

Manfaat Di Didongengkan

Manfaat Di Didongengkan -dongeng anak sebelum tidur SEJAK era kecanggihan teknologi muncul, semua hal yang konvensional seakan lenyap. Tak terkecuali budaya mendongeng pada anak. Mungkin masih segar dalam ingatan, sampai dengan generasi 90-an anak Indonesia sangat akrab dengan sosok Pak Raden yang pandai menyihir anak-anak dengan dongengnya. Namun, bagaimana dengan generasi masa kini? Masihkah dongeng eksis pada masa kini? Berikut penuturan dari Nina Samidi lulusan dari Sastra Indonesia, Universitas Indonesia sekaligus founder dari komunitas Ayo Dongeng Indonesia. “Dongeng memang sudah tidak terlalu popular di Indonesia, padahal dongeng itu sangat bagus untuk anak. Tapi sebenarnya, Indonesia itu banyak lho ternyata punya tradisi bercerita,” ungkap Nina kepada Okezone belum lama ini. Kendati demikian, mendongeng menurut Nina masih bisa diterapkan untuk anak, bahkan harus. Karena ada banyak manfaat yang akan diperoleh dari mendongeng ini. “Ketika didongengkan, imajinasi dan kreativitas anak jadi berkembang, selain itu kosakata atau perbendaharaan katanya semakin bertambang pula. Jadi kemampuan bicaranya pun lebih teratur tutur katanya.” Selain itu, secara emosi anak jadi lebih sabar mendengar sampai dengan ceritanya selesai. Ada juga nilai kehidupan di setiap cerita, sehingga anak bisa memilah-milah perbuatan baik dan buruk. “Anak bisa tahu, oh menabung itu penting ya atau dalam bermain tidak boleh curang. Nilai-nilai seperti ini yang tidak akan didapatkan dari gadget,” tutup Nina.
Hasil gambar untuk didongengkan oleh ibu
Seperti sepele, tapi kalau diterapkan dengan benar akan memberikan efek yang sangat luar biasa.

Itulah mendongeng…

Saya akan coba menebak, bunda pasti tidak percaya kalau orang-orang besar seperti Ir.Soekarno, Saddam Husein, dan Hans Christian Andersen (penulis terkemuka abad 19) ternyata terinspirasi dari dongeng.

Ketiga tokoh tersebut, sewaktu kecil terbiasa mendengar kisah-kisah inspiratif yang didongengkan oleh orang tuanya masing-masing. Bahkan, Soekarno kecil sempat bercita-cita menjadi orang besar seperti Arjuna.

Mau tahu kisahnya?

Terinspirasi dari dongeng

1. Ir Soekarno

Dalam salah satu buku biografinya, beliau menuturkan bahwa ia sangat terinspirasi oleh dongeng ibunya akan tokoh-tokoh pewayangan. Bahkan Soekarno kecil sangat bercita-cita suatu hari nanti menjadi orang besar seperti Arjuna.

Lihatlah apa yang terjadi kemudian! Cerita-cerita yang setiap malam didongengkan oleh ibunya tertanam di alam bawah sadarnya sehingga mempengaruhi prilakunya. Benar saja kan, dimasa kejayaannya, beliau dikenal sebgai tokoh yang ditakuti negara-negara barat, bahkan oleh Amerika dan Inggris.

Ini adalah salah satu quote Ir.Soekarno yang diabadikan oleh netizen, quote favorit saya.

5189de2c910f4_5189de2c96ec3

2. Saddam Husein

Siapa tidak kenal sosok yang satu ini?

Sosok yang dikenal dunia sebagai diktator Irak itu ternyata disisi lain adalah sosok pemimpin yang menegakkan syari’at Islam di negaranya.

Bahkan beliau merupakan penguasa Arab pertama yang membombardir ibukota Tel Aviv dan kota Haifa serta kota-kota Palestina yang diduduki oleh Israel dengan 39 rudal Scud buatan Rusia, selama Perang Teluk kedua pada tahun 1991.

(sumber : eramuslim)

SQbng.So.91
Hasil gambar untuk didongengkan oleh ibu

Siapa sangka, mantan presiden dan pemimpin besar Irak itu terdidik dalam dongeng. Dalam buku Man and The City, yang ditulisnya sendiri, Saddam bercerita betapa dirinya sangat terpengaruh cerita-cerita ibunya.

Saddam menuturkan, dia kerap dipeluk ibunya sambil ibundanya bercerita tentang para leluhur. “Ibu saya mendongengkan cerita-cerita sambil membelai rambut saya”, tulis Saddam.

Sejumlah pengamat menduga, dongeng-dongeng yang didengar Saddam banyak mempengaruhi kepribadiannya setelah dewasa. Saddam banyak terinspirasi oleh cerita dongeng sang ibunda.

3. Hans Christian Andersen

H. C. Andersen, penulis cerita anak terkemuka abad 19, melalui autobiografinya, The True Story of My Life, menulis :

Setiap minggu ayahku membuat gambar-gambar dan menceritakan dongeng-dongeng
andersen_portret

Ibunya pun melakukan hal yang sama. Sang ibu mengenalkan dongeng-dongeng legenda rakyat.

Kecemerlangan Andersen menyusun kisah dipengaruhi pengalaman batin masa kecil. Ketika dia menggambarkan dalam benaknya dongeng yang diceritakan orang tuanya.

Itulah beberapa tokoh yang bukan kebetulan, terinspirasi oleh dongeng-dongeng yang diceritakan orang tuanya masing-masing. Lalu bagaimana dengan bunda? Masih malas bercerita atau justru tidak punya bakat bercerita?

Jangan khawatir, saya kenal seorang pendongeng kreatif yang sudah cukup berpengalaman dalam dunia mendongeng. Maksud saya kenalnya di dunia maya. hehe

Namanya kak Rico, orang nya baik, enak diajak ngobrol dan terbuka juga. Bunda boleh hubungi beliau via email kalau ada yang mau ditanyakan, seperti yang saya lakukan beberapa hari yang lalu.

Segala tentang dongeng dan manfaatnya (hasil wawancara dengan ahlinya)

Demi mendapatkan informasi yang lengkap, saya mewawancarai beliau dengan lima pertanyaan.

Berikut adalah cuplikan wawancara saya sama kak Rico.

Seperti apa karakteristik dongeng yang baik untuk anak?

Dongeng yang baik tentu saja dongeng yang dapat menanamkan nilai budi pekerti seperti kejujuran, persahabatan, rendah hati, kepedulian, dan sebagainya.

Serta tidak ketinggalan pula dapat menanamkan pelajaran etika kepada anak seperti, sopan santun dalam bertindak dan bertutur kata kepada siapa saja.

Apa saja jenis-jenis dongeng yang kakak ketahui?

Jenis-jenis dongeng yang saya ketahui terdiri :

a. Cerita Rakyat, cerita rakyat tentang peristiwa atau kejadian seseorang di daerahnya masing-masing seperti Banta Barensyah (Aceh), Lutung Kasarung (Jawa Barat), Timun Mas (jawa tengah), dan lain-lain.

b. Legenda, cerita rakyat tentang peristiwa/kejadian alam atau suatu tempat seperti Legenda Danau Toba (Sumatera Utara), Legenda Danau Situ Bagendit (Jawa Barat), dan lain-lain.

c. Fabel, cerita dengan tokoh-tokohnya binatang yang berperilaku seperti manusia

d. Hikayat, cerita tentang kehebatan, kepintaran dan kehebatan seseorang, seperti Hikayat Abu Nawas, Hikayat Si Sri Rama, dan lain-lain.

e. Sage, cerita tentang kepahlawanan dan keperkasaan seseorang seperti Patih Gajah Mada, Jaka Tingkir, dan lain-lain.

f. Mite, cerita tentang hal-hal gaib seperti Dewa dan Peri.

Apa efek positif dongeng buat anak?

Efek positifnya antara lain menanamkan budi pekerti agar kelak anak dapat berperilaku yang baik dan santun, menstimulasi imajinasi anak agar anak kelak menjadi anak yang kreatif, meningkatkan kemampuan bahasa anak agar anak dapat menyerap banyak kosa kata baru bagi mereka, dan melatih daya simak anak.

Bagaimana cara mendongeng yang baik?

Cara mendongeng yang baik sederhana aja kok.

a. Kuasai cerita dengan baik

b. Ekspresif dalam bertutur kata, menampakkan raut muka, dan gerak-gerik tubuh

c. Gunakan alat peraga atau visual apabila anak belum tahu bentuk objek-objek dalam cerita atau sulit untuk dijelaskan melalui kata.

d. Sampaikan hikmah cerita setelah selesai bercerita

Bagaimana caranya supaya dongeng kita memberi dampak positif buat pendengar (anak)?

Jawabannya sama pada jawaban saya di nomor 1, 3, dan 4.

Itulah cuplikan wawancara antara saya dengan kak Rico via email beberapa hari yang lalu.

Oya, saya lupa menanyakan bagaimana cara kak Rico belajar mendongeng dan dari mana biasanya beliau mendapatkan inspirasi. Apabila kak Rico kebetulan baca postingan ini, mungkin boleh dijawab saja di kolom komentar. Hehe

Intisari dan kesimpulan

Mendongeng adalah sbuah hal sederhana, yang apabila dilakukan dengan baik tentu akan menghasilkan efek yang luar biasa seperti yang didapatkan oleh Ir.Soekarna, Saddam Husein, dan Hans Christian Andersen.

Mereka hanya segelintir dari orang-orang hebat yang terinspirasi dari dongeng atau cerita-cerita yang disampaikan oleh orang tua masing-masing. Pasti, selain mereka masih banyak lagi yang lain.

Seperti yang disampaikan oleh kak Rico, mendongenglah yang baik dengan menyampaikan pesan-pesan moral sebagai hikmah di akhir setiap cerita. Bukan hanya dongeng fiktif tanpa nilai apa-apa.

Sayapun termasuk penyuka dongeng sewaktu kecil, bahkan sempat mengoleksi buku-buku dongeng yang sekarang entah dimana keberadaannya.

Namun sayang seribu sayang, mungkin karena waktu itu orang tua saya terlalu sibuk, jadinya hampir tidak pernah mendongeng kepada kami (anak-anaknya). Padahal, beliau sangat paham kalau dongeng itu akan mengedukasi dan menginspirasi anak-anaknya. Kesalahan ini tidak boleh bunda alami.

Mari kita menjadi orang tua yang berdiri sebagai teman nya, yang punya banyak waktu untuk mengisi setiap saat menjelang mereka tidur dengan cerita-cerita yang mnginspirasi.

Sekian dari saya, semoga bermanfaat. Jangan lupa di share ya bunda. kunjungi juga cerita ikan mas pengabul permintaan.

dan jika memerlukan jasa angkutan dapat menghubungi agen azzahra ekspress

Minggu, 25 September 2016

Bangau Dan Kepiting

Bangau Dan Kepiting


Fabel Bangau Dan Kepiting - Kisah Burung Bangau dan Kepiting. Alkisah, pada zaman dahulu terdapat sebuah telaga yang sangat indah. Airnya jernih dan ditumbuhi oleh bunga teratai yang bermekaran. Pohon-pohon yang tumbuh di sekitarnya hidup dengan subur. Banyak burung yang tinggal di kawasan sekitar telaga itu dan salah satunya adalah burung bangau.

Di dalam telaga juga hidup bermacam-macam ikan dan hewan lain seperti kepiting dan katak. Burung bangau sangat suka tinggal di kawasan telaga itu kerana senang mendapat makan. Hari silih berganti, burung bangau semakin tua dan tidak lagi sekuat dulu untuk menangkap ikan. Ada kalanya si bangau terpaksa berpuasa seharian kerana tidak memperoleh tangkapan apa pun. Ia berfikir di dalam hati, “Kalau begini keadaanya, aku akan mati kelaparan kerana tidak bisa lagi menangkap ikan. Aku mesti mencari jalan supaya aku dapat memperoleh makanan dengan mudah”.

Setelah berfikir keras, Si bangau kemudian mendapat akal. Dia berpura-pura duduk termenung dan bersedih di tepi telaga. Seekor katak yang kebetulan berada di situ tampak memperhatikan bangau yang sangat murung dan sedih. Ia lalu bertanya “Kenapa aku lihat akhir-akhir ini kamu asyik termenung wahai bangau?”. Bangau menjawab ” Aku sedang memikirkan keadaan nasib kita.”

“Apa yang membuatmu pusing, sedangkan kita hidup di sini sudah sekian lama tidak menghadapi banyak masalah.” Jawab katak. “Aku sering terbang ke sana ke mari dan mendengar manusia sedang berbincang tentang bencana kemarau yang akan menimpa kawasan ini. Kau lihat sajalah sejak akhir-akhir ini hari panas dan hujan pun sudah lama tidak turun”. Bangau menyambung lagi “Aku cemas telaga ini akan kering dan semua penghuni di telaga ini akan mati.” Katak mengangguk-ngangukkan tanda setuju. Tanpa membuang waktu si katak terus melompat ke dalam telaga untuk mengabarkan berita itu kepada kawan-kawan yang lain. Berita bencana kemarau telah tersebar ke seluruh telaga begitu cepat dan semua penghuni telaga berkumpul ditepi sungai dimana bangau berada. Masing-masing riuh rendah menanyakan pada bangau akan berita tersebut.

Seekor ikan bertanya kepada bangau “Apa yang harus kita lakukan?” Si bangau berkata “Aku ada satu ide, tetapi aku cemas kalian semua tidak setuju.” “Apa idemu, bangau?” tanya ikan seolah-olah tidak sabar untuk mendengarnya. Bangau berkata “Tidak jauh dari sini ada sebuah telaga yang besar dan airnya dalam, aku percaya telaga tersebut tidak akan kering walaupun terjadi kemarau yang panjang.” “Bolehkah engkau membawa kami ke sana” pinta si kepiting dan di sambung oleh hewan-hewan lainya.. “Aku bisa membawa kalian satu demi satu karena aku sudah tua dan tidak bisa membawa kalian lebih dari itu” kata burung bangau lagi. Mereka pun setuju dengan ide si bangau.

Si bangau mulai mengangkut seekor demi seekor hewan dari telaga tersebut, tetapi bukan untuk dipindahkan ke telaga lain, melainkan untuk dimakan. Begitulah perbuatanya sehingga sampai kepada giliran seekor kepiting, sementara yang lain masih banyak yang mengantre di belakang kepiting. Sambil diterbangkan oleh si bangau, si kepiting memandang ke bawah lalu terlihat olehnya tulang-tulang ikan berserakan di atas batu besar, dan kemudian si bangau mendarat di atas batu besar itu. Melihat keadaan tersebut, kepiting mulai ketakutan dan berfikir di dalam hatinya “Matilah aku kali ini dimakan oleh bangau.” Si kepiting berkata “Dimanakah telaga yang engkau katakan itu dan kenapa engakau membawa aku di sini?” Bangau ketawa terbahak-bahak lalu menjawab “Kali ini tiba waktunya engkau menjadi makananku, hai kepiting!!.”
Dengan perasaan marah kepiting mencapit leher si bangau dengan sekuat-kuatnya hingga si bangau tak bisa bernafas. bangau berteriak minta tolong namun kepiting tetap mencekik leher bangau dengan capitnya. karena tidak bisa bernafas akhirnya bangau mati lemas diatas batu besar itu.

Dengan perasaan gembira karena selamat dari ancaman si bangau, si kepiting berjalan kembali ke telaga. Sampai saja di telaga si kepiting pun menceritakan kisah yang telah dialaminya. Semua penghuni telaga tersebut merasa gembira dan bersyukur karena mereka selamat dan tidak menjadi makanan burung bangau yang tamak dan mementingkan diri sendiri. Mereka mengucapkan terima kasih kepada si kepiting karena telah menyelamatkan mereka semua.


Ayam Dan Burung Elang

Ayam Dan Burung Elang

Fabel Ayam Dan Burung Elang - Tersebutlah dua sahabat yang selalu hidup rukun satu sama yang lain, mereka begitu erat menjalin tali persahabatanya, dialah sang Ayam Jago dan sang Elang.

Meraka selalu saling membantu dalam semua kesulitan kehidupan, tidak pernah menghitung-hitung bantuan yang mereka berikan masing-masing, itulah nilai persahabatan sejati mereka yang tulus.

Seperti biasanya sang ayam Jago akan pergi ke hutan untuk mencari makanan, Si Ayam Jago sedang asyik mengais-ngais tanah tatkala seekor harimau lapar sedang mengintainya dari semak belukar yang tidak jauh dari tempatnya mencari rejeki.

Secara tiba-tiba harimau pun muncul, sudah tidak tahan menahan lapar untuk memangsa si Ayam Jago, maklum saja sang Harimau sudah dua hari tidak makan-makan.

Dengan terbirit-birit si Ayam Jago pun berlari secepatnya untuk menyelamatkan diri dari sang pemangsa yang sudah terkenal kekejaman sang harimau siRaja hutan.

Namun sang harimau pun dengan segala kemampuan mengejar mangsanya tanpa berhenti untuk segera menangkap dan memakannya.

Sang Ayam Jago tidak bisa terbang, sehingga dia hanyalah berlari di tanah dengan segala usahanya untuk selamat dari kejaran sang pemangsa harimau.

Sia-sia saja usaha sang Ayam Jago untuk lari dari kejaran sang Raja hutan, harimau bukanlah tandingannya dalam berlari si AyamJago telah terpepet disela pojokkan sebuah pohon besar.

Tinggal beberapa langkah lagi sang Harimau meloncat untuk menerkam, maka tamatlah sudah riwayat sang Ayam Jago untuk hidup didunia ini, keadaan sudah sedemikian gawat rupanya saat itu.

Namun Tuhan sang pencipta rupanya masih sayang terhadap sang Ayam Jago, sang penyelamat secara tiba-tiba datang dengan beberapa kali patukkan dan cakaran yang membuat sang harimau si Raja Hutan ketakutan dan lari menghindar masuk ke dalam hutan dengan bekas luka patukkan dan cakaran yang mengeluarkan banyak darah.

Pertolongan yang begitu tepat waktu telah dilakukan sang Elang untuk sang Ayam Jago sahabat karibnya, tentu saja sang Ayam Jago sangat berterima kasih kapada sang Elang sahabatnya tercinta.

"Terima kasih kawan! engkau telah datang tepat waktu untuk menolongku, kalau tidak ada engkau, aku telah berada diperut sang harimau," kata sang Ayam Jago dengan nafasnya yang tersenggal-senggal.

"Aku sahabatmu, sepantasnya aku menolomngmu kawan, bukankah kita harus saling tolong menolong dalam setiap kesusahan yang kita alami kawan," kata sang Elang sambil tersenyum lebar.

Hari itu sang Ayam Jago sangat beruntung sekali nasibnya bisa selamat dari kejaran sang Harimau yang sangat gesit dan lincah berkat pertolongan sang Elang yang memang sahabat karibnya.

Sang Ayam Jago sahabat sang Elang terdiam murung memikirkan nasibnya, seandainya tadi tertangkap tentu saja dia tidak akan lagi bertemu sang sahabat yang baik seperti sang Elang yang baik hati.

"Sudahlah kawan, jangan bersedih serta murung begitu, engkau sekarang sudah selamat, walaupun mungkin engkau masih shok,"sahut sang elang dengan sangat tegas.

"Ya,! apa daya nasib seekor ayam yang hanya bisa berjalan di tanah tidak bisa terbang sepertimu, andai saja aku bisa terbang sepertimu sahabat tentu aku akan dengan mudah selamat dari siapa pun yang mengejar serta mengincarku," sang ayam Jago berkeluh kesah kepada sang Elang.

"Akan aku coba membantu keinginanmu, namun itu pun kalau saja bangsa burung yang mempunyai sebuah pusaka memberi pinjam kepadaku," kata sang Elang.

"Pusaka! pusaka apakah yang engkau maksudkan?" tanya sang Ayam Jago.

"Begini! bangsa burung mempunyai satu buah pusaka yang namanya Jarum Emas, alat tersebut dapat digunakan bangsaku untuk menyulam sayap-sayap kami sehingga kami bisa terbang." jawab sang Elang. "Untuk itu berdoalah kawan semoga aku diberi pinjam Jarum Emas tersebut untuk menolongmu." lalu sang Elang pun terbang membungbung tinggi berusaha untuk meminjam Jarum Emas kepada Raja pimpinan burung Elang.

Karena hari sudah sore sang Ayam Jago pun akhirnya pulang kerumahnya untuk istirahat, besok dia akan menunggu kedatangan sang sahabatnya burung Elang.

Esok harinya sang Ayam Jago telah berada di depan rumahnya menunggu sang burung Elang sahabatnya yang akan meminjamkan Jarum Emas untuk menyulam sayapnya agar bisa terbang layaknya seekor burung.

Yang ditunggu pun akhirnya datang juga tepat waktu, setelah istirahat sebentar dan mimun air yang disuguhkan sang ayam Jago burung Elang membuka pembicaraan.

"Begini sahabatku! aku telah diberikan pinjam Jarum Emas oleh sang Raja burung, namun dengan satu catatan bahwa engkau harus berjanji untuk menjaganya dengan baik dan jangan sampai menghilangkan benda pusaka ini," kata sang Elang.

"Engkau tidak usah khawatir masalah ini, aku sahabatmu tidak mungkin aku mengecewakanmu," tegas sang Ayam Jago.

"Baiklah pergunakan dengan bijak jangan engkau pinjamkan kepada siapa pun tanpa ada izin dariku, engkau mengerti!" sang Elang pun berkata dengan sangat tegas.

"Baiklah siap, aku akan selalu menjaga serta bertindak bijak dengan barang pusaka ini," sang Ayam Jago pun kembali menjawab.

"Sekarang hatiku tenang dan percaya kepadamu Jarum itu aku pinjamkan selama tiga hari saja dan aku akan kembali," berkata sang Elang lalu terbang keangkasa raya nan luas.

Ayam Jago dengan segera menyulam sayapnya mengunakan benda pusaka Jarum Emas, tetapi baru setengah sayap yang disulamnya dia sudah tidak sabar untuk mencoba terbang dan dengan sembarangan dia menaruh benda pusaka di atas batu.

Benar saja ketika itu dia sudah bisa terbang naik keatas pagar yang terdapat ditempat itu, "Alaa mak.......aku bisa terbang akhirnya !!!" teriak si Ayam Jago dengan sangat bahagia dan bangga sekali.

Walaupun untuk saat ini dia hanya bisa terbang setinggi pagar rumah saja tetapi si Ayam Jago sudah sangat senang dan bangganya setengah mati, tiba-tiba sang Ayam Betina datang menghampirinya.

Sang Betina sangat takjub melihat si Ayam Jago yang sedang bertengger dengan bangga di atas pagar yang cukup tinggi, "Jago, Jago! bagaimana engkau bisa di atas pagar?" tanya sang ayam Betina.

"Tentu saja aku terbang," jawab sang Ayam Jago dengan congkak di depan sang Ayam Betina merasa bangga.

"Apakah bisa?" Tanya sang ayam Betina hatinya dibikin sangat penasaran sekali dengan sikap sang Ayam Jago tersebut.

"Mudah saja, aku telah meminjam benda pusaka Jarum Emas untuk menyulam sayapku makanya aku bisa terbang," si Ayam Jago menerangkan kepada sang Ayam Betina.

"Jarum Emas benda pusaka maksudmu apa?" tanya sang Ayam Betina.

"Engkau lihat saja di atas batu, disitu ada Jarum Emas, sulamlah sayapmu nanti engkau pun akan seperti aku bisa terbang," si Ayam Jago menunjukkan Jarum Emas yang tergeletak di atas batu.

Sang Ayam Jago telah lupa akan janjinya untuk tidak sembarangan meminjamkan benda pusaka Jarum Emas terhadap siapa saja tanpa seizin dari sang burung Elang sahabatnya.

Tidak menunggu lama lagi sang Ayam Betina lalu menyulam sayapnya dengan terburu-buru dan baru selesai sebagian dia sudah tidak sabar untuk mencoba terbang persis seperti si Ayam Jago tatkala tadi sedang menyulam.

Baru saja sebentar menyulam si Ayam Betina langsung mencoba terbang, demikan dia ulangi terus menerus tidak sabar sama sekali dan akhirnya dia dapat juga terbang naik ke atas bersama sang Ayam Jago bertengger di atas pagar.

Mereka berdua begitu bahagia dapat bertengger ditempat tinggi lalu mereka bercengkrama penuh dengan kegembiraan dan setelah lama bertengger mereka terbang kembali turun untuk menyelesaikan menyulamnya.

Tetapi apa yang terjadi, Jarum Emas yang tadi dipakai sang Ayam Betina telah raib hilang entah kemana, mereka berdua lalu mencarinya disela-sela bebatuan ditanah juga dirumput-rumput sekitar tempat itu namun Jarum Emas nya tetap saja tidak ditemukan.

Kemudia sang Ayam Jago berpikir apa yang menyebabkan benda pusaka itu hilang, "Mungkin tadi tatkala engkau mengibaskan sayap-sayapmu mencoba untuk terbang Jarum Emas terhempas dari batu ini," kata sang Jago kepada sang Betina.

"Baiklah kita cari terus sampai ketemu aku tidak ingin dimarahi sang burung Elang sahabatku," kata sang ayam Jago.

Meraka berdua panik setelah hari menjelang sore benda pusaka masih tetap raib tidak tentu rimbanya, kerena paniknya sang Ayam Jago dan sang Ayam Betina sampai-sampai mencakar tanah guna mencari benda pusaka yang menurutnya masuk ketanah terkubur.

"Bisa saja Jarum Emas terselip juga tertimbun tanah yang kita injak-injak dari semenjak tadi," kata mereka berdua sambil terus mengais-ngais tanah dengan cakarnya berharap menemukannya.

Sampai hari mau menjelang gelap mereka baru berhenti mencari sambil berjanji besok harinya pencarian akan dilanjutkan kembali.

Besok harinya mereka berdua mencari benda pusaka yang hilang, namun Jarum Emas tersebut tetap tidak dapat ditemukan kembali, semakin panik saja sang ayam Jago.

Satu hari lagi kesempatan untuk dapat menemukan Jarum Emas yaitu hari ketiga yang dijanjikan sang burung Elang untuk datang mengambil kembali Jarum Emas.

Sang Ayam Jago dan temannya sang Ayam Betina sudah sejak dari pagi-pagi buta telah berada ditempat dimana Jarum Emas itu hilang, mereka mengais-ngais tanah dengan mencakar-cakarnya hampir seluruh areal tempat tersebut namun tetap saja Jarum Emas tersebut tidak ditemukan mereka berdua.

Sang Ayam Jago sekarang sudah pasrah saja, dia akan kena marah besar dari sang sahabat setianya burung Elang yang sangat baik hati kepadanya.

Dan betul saja sang burung Elang sangat marah sekali mendengar sang Ayam Jago telah menghilangkan Jarum Emas milik Raja bangsa burung, kepercayaan penuh yang diberikan kepada sang Ayam Jago sahabatnya telah dihianatinya.

Janji untuk tidak meminjamkan Jarum Emas kepada siapa pun tanpa seizin darinya telah dilanggarnya sehingga benda pusaka milik sang Raja burung Jarum emas menjadi hilang.

"Sungguh engkau seorang sahabat yang tidak tahu diuntung!! kurang bagaimana aku terhadapmu selama ini, ketika engakau dalam kesulitan aku selalu menolongmu tetapi kepercayaan yang diberikan selama ini sungguh telah engkau sia-siakan," sang burung Elang kini sudah tidak percaya lagi terhadap bangsa ayam.

Lalu keluarlah kata-kata sang burung Elang yang mengancam, "Mulai saat ini dan seterusnya jangan harap anak cucumu aman dari ancaman bangsaku yang akan terus memburu anak cucumu dan keturunanmu sebelum engkau menemukan Jarum Emas milik Raja bangsa Burung," ucap sang Elang lalu terbang membungbung tinggi keangkasa.

Semenjak saat itu sampai sekarang bangsa ayam masih terus mencari Jarum Emas disetiap tempat yang dijumpai dengan cara mengais-ngais tanah, dia sang ayam berharap dapat menemukan benda pusaka milik sang Raja burung.

Jangan engkau menghianati janji kepada siapa pun sebab janji adalah hutang yang harus dibayar dan pertahankanlah setiap kepercayaan yang diberikan seseorang biar engkau tetap dipercaya siapa pun serta jadilah orang yang amanah untuk tetap selalu jadi pedoman dalam hidupmu. Sekian.

Buaya Yang Serakah

Buaya Yang Serakah

Fabel Buaya Yang Serakah - Pada zaman dulu, di suatu pagi yang cerah, di sebuah sungai, seekor buaya yang sedang mencari-cari mangsa. Sudah tiga hari ia tidak mencari mangsa. Sebelumnya ia mendapatkan seekor babi yang besar dan gemuk. Lalu tertidur pulas selama tiga hari karena kekenyangan.

Moncong buaya sudah dibuka lebar di sungai menanti kalau ada ikan yang lewat. Tetapi sudah lama ia menunggu mangsanya tak kunjung datang. Tidak berapa lama muncul seekor ikan gurame di dekat moncongnya. “Hai buaya! Kelihatannya kau lapar sekali!” sapa ikan gurame persis di depan mulutnya yang ternganga.

“Kebetulan sekali kamu datang. Perutku lapar sekali karena belum diisi.” ucap buaya dengan gembira. “Wahai buaya, kalau kau makan aku, pasti kau cepat lapar lagi. Bukankah dagingku tidak seberapa besar? Tetapi kalau kau ingin mendapat mangsa yang lebih besar lagi, diujung sana ada seekor itik yang sedang berenang. Tentu daging itik itu lebih besar dan lebih lezat daripada dagingku?” ujar ikan gurame memberi saran.

Buaya diam sejenak dan berpikir. Terbayanglah seekor itik yang besar dibandingkan dengan seekor ikan gurame. Buaya akhirnya mengikuti saran ikan gurame. Setibanya di dekat itik berada, ia langsung memburunya. Itik berlari ke darat untuk menghindari serangan buaya. Buaya terus mengejar, dan itik terdesak di sudut sebuah pohon. “Hati itik! Mau lari ke mana kamu?” gertak buaya.

“Jangan buaya! Janganlah kau mangsa aku, dagingku tidaklah seberapa besar. Kalau kau makan dagingku, pasti kau akan cepat lapar.” seru itik memohon. “Tetapi kalau kau ingin mangsa yang lebih besar dari aku, aku dapat menunjukkan di mana tempatnya.” “Tidak, aku sudah lapar sekali. Dagingmu kurasa cukup lumayan untuk mengisi perutku yang kosong ini.” ujar buaya yang sudah merasa lapar sekali. “Tunggu, tunggu dulu! Kalau kau ingin mangsa yang besar, di hutan sebelah sana ada seekor kambing yang besar dan gemuk. Bukankah daging kambing lebih lezat jika dibandingkan dengan dagingku?” usul itik.

“Baiklah, kalau begitu tunjukkan aku di mana kambing itu berada sekarang. Sebab aku sudah tak kuat lagi menahan lapar.” Buaya menyetujui usul itik, karena ingin mendapatkan mangsa yang lebih besar lagi. Itik berjalan menuju hutan dan buaya mengikuti dari belakang. Sampailah di hutan yang dimaksud. Di sana terlihat seekor kambing yang memakan rumput dan daun-daunan. Tubuh kambing itu lumayan besar dan kelihatan sehat dan segar. Perlahan-lahan ia mendekati kambing, sedangkan itik kembali ke sungai.

“Hai kambing! Sedang apa kau?” tanya buaya membuat kambing terkejut. “Aku sedang makan, memangnya ada apa?” jawab kambing sambil berhenti mengunyah rumput. “Aku juga mau makan.” ucap buaya sambil membuka moncongnya lebar-lebar. “Kalau begitu mari kita makan bersama. Rumputnya masih banyak jangan khawatir. Ayo kita makan!” ajak kambing itu. “Bodoh! Aku tidak suka makan rumput!” sahut buaya geram. “Lantas, kamu biasanya memakan apa?” tanya kambing lagi. “Aku suka makan daging. Mungkin dagingmu juga enak kalau kusantap. Alangkah lezatnya dagingmu.” kata buaya sambil membuka mulutnya.

“Tunggu dulu! Kalau kau ingin mangsa yang lebih besar dan lebih lezat, aku dapat menunjukkannya. Di hutan sebelah sana ada seekor gajah yang besar sekali. Bila kau dapat memangsangnya, kau pasti akan tahan beberapa hari tidak makan. Konon kabarnya daging gajah itu empuk dan sangat lezat rasanya.” bujuk kambing.

Buaya menyetujui bujukan kambing, karena terbayang akan mendapat mangsa yang lebih besar serta dagingnya empuk dan lezat. “Baiklah, sekarang tunjukkan aku di mana tempatnya?” seru buaya. “Baik, akan aku tunjukkan tempatnya, tapi aku tidak dapat mengantarkanmu karena aku belum selesai makan.” ucap kambing berdalih. “Ya, cepat tunjukkan saja arahnya.”

“Di sebelah barat sana di sana ada telaga. Disitulah tempat gajah-gajah berkumpul.” seru kambing. Buaya berlalu meninggalkan kambing untuk mencari gajah. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seekor kerbau. Lantas bertanya pada kerbau yang sedang berkubang itu. “Hai kerbau! Tahukah kau di mana tempatnya gajah berada? Kalau kau tahu tolong tunjukkan kepadaku,” sapa buaya pada kerbau. “Ada apa kau mencarinya?” tanya kerbau.

“Aku ingin sekali memakan dagingnya. Kata kambing, daging gajah itu empuk dan lezat rasanya.” Jawab buaya. “Baiklah kalau begitu, mari aku antarkan ke tempat gajah itu berada.” Ajak kerbau. Tibalah mereka di dekat telaga. Ada beberapa ekor anak gajah yang sedang minum air telaga. Kerbau pergi setelah menunjukkan tempatnya.

“Benar kata kambing. Gajah itu memang besar-besar. Aku pasti akan kenyang apabila dapat memakan seekor saja. Aku dapat tidur beberapa hari kemudian.” Seru buaya dengan perasaan gembira melihat mangsanya yang cukup besar-besar. Lalu didekatinya seekor anak gajah yang sedang minum itu.

“Hai gajah! cepat minumnya, karena aku akan segera memangsamu. Perutku sudah tak kuat lagi menahan lapar.” ucap buaya kepada anak gajah. Anak gajah itu kaget mendengar ancaman buaya, lalu berteriak memanggil induknya. Tidak lama kemudian beberapa ekor gajah besar datang ke tempat itu. “Ada apa anakku?” Adakah yang mengganggumu?” tanya salah satu gajah yang paling besar. “Ya, aku diganggu oleh buaya itu. Katanya dia akan memangsaku.” Seru anak gajah sambil menangis. “Apa? Kau ingin memangsa anakku?” kata gajah besar dengan marah. “Oh, rupanya ada yang lebih besar lagi. Kalau begitu kau saja yang kumangsa, supaya perutku kenyang!” seru buaya yang serakah itu. “Cobalah kalau dapat, wahai buaya yag serakah!”

Buaya lalu menyerang gajah besar. Moncongnya yang panjang dengan gigi-giginya yang tajam menyerang gajah besar. Gajah besar melompat dan menginjak perut buaya. Dengan belalainya yang panjang ia melilit moncong buaya itu. Ketika ekor buaya ingin menyambar tubuh gajah besar, kaki gajah besar menghadangnya lalu menginjaknya. Buaya jadi tak dapat berkutik, karena moncong dan ekornya tidak dapat bergerak. Sedang kaki-kaki gajah besar terus menginjak-injak tubuh buaya hingga tak bernapas lagi.


selamat malam dan selamat tidur untuk anak-anak cerdas. terimasih sudah membaca. nantikan cerita selanjutnya, 

Ayam Dan Musang

Ayam Dan Musang

Fabel Ayam dan Musang - adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Ayam dan Musang, Dongeng Bahasa Sunda, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia

Di sebuah hutan yang lebat, langit tampak mendung dan menghitam. Gerimis pun mulai turun membasahi dedaunan dan membuat suara gemericik. Angin pun berhembus agak kencang seolah akan terjadi hujan lebat. Di sebuah goa kecil yang berada di tebing curam, tinggal seekor ayam betina yang sedang mengerami telurnya. Menurut perhitungan nenek dukun ayam, telur tersebut tidak lama lagi akan menetas. Tentu hal tersebut sangat membuat induk ayam bahagia, karena Sang induk ayam memang sangat menyayangi bakal anak-anaknya tersebut. Dari kejauhan tampak seekor musang mendekati goa tempat tinggal si ayam betina. Tampaknya dia sudah paham betul tempat tinggal si ayam dan dia yakin kalau si jago tidak ada di rumah kalau sore-sore seperti ini. Dia pun mulai mengendap-endap supaya kedatanganya tidak di ketahui si ayam betina.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
Sesampai di dekat goa, Musang terhenti. Nampaknya dia sedang berfikir, karena jalan menuju goa tidak semudah yang ia bayangkan apalagi suasana hujan seperti saat itu, si musang harus menaiki sebuah batu besar yang memang satu-satunya jalan untuk menuju mulut goa tersebut, sayangnya musang tidak bisa memanjat batu itu. Memang untuk keluar masuk goa si ayam pun biasanya menggunakan tangga.

Akhirnya akal licik dan akal bulus musang muncul, ia mondar-mandir di sekitar mulut goa, lalu berteriak "Hai ayam, aku membawa pesan penting dari Tuan Singa, tolong turunkan tangga tali yang biasa kamu pakai" pinta si musang.

Rupanya si ayam betina sudah mengetahui bahwa musang sedang mengincarnya. "Ya tunggulah sebentar, akan saya turunkan tangga untukmu. Tapi sebelum itu aku juga ada pesan dari serigala sahabatku, dia punya sesuatu untuk kamu....sebentar ya..serigala...serigala...kemari sini!! Ini ada si Musang kebetulan datang!! Cepatlah kemari Serigala!" si induk ayam berteriak-teriak dari dalam goa.

Mendengar si ayam berteriak memanggil Serigala, Nyali Si musang langsung ciut dan ia pun berfikir "Wah ternyata dia sahabat serigala yang menjadi musuhku, Bahaya nih, dari dulu aku selalu babak belur dibuatnya! Sebaiknya aku pergi saja!". Si musang langsung lari terbirit-birit meninggalkan kediaman induk ayam.

Akhirnya si ayam dan telur-telurnya selamat dari akal licik si musang yang hendak memangsanya. "Bukan hanya kamu, aku saja takut dan lari kalau beneran ada serigala disini, ahihihi" tawa induk ayam sambil membetulkan posisi duduknya mengerami telur-telur kesayanganya. Tak beberapa lama, benar saja perkiraan nenek dukun ayam. Telur-telur tersebut mulai menetas dan bersamaan dengan itu ayam jago pulang dari mencari makanan di hutan. Dia membawa banyak sekali makanan untuk keluarganya. Mereka pun hidup bahagia dengan kehadiran anggota keluarga yang baru, sepuluh anak ayam telah menetas dan membuat hangat suasana di goa terpencil itu.

Pesan Moral Dongeng Fabel Ayam dan Musang adalah : Janganlah suka berbohong kepada siapapun karena bohong itu perbuatan dosa dan tercela, apalagi jika berbohong untuk sebuah tindak kejahatan. Hendaknya kita saling menyayangi dan kasih mengasihi sesama makhluk Tuhan, karena itu adalah perbuatan mulia.


selamat malam dan selamat tidur untuk anak-anaj cerdas, semoga setelah membaca kisah ini kalian dapat mengambil pelajarannya, terimakasih sampai jumpa di cerita selanjutnya 

Tikus dan Sang Singa

Tikus Dan Sang Singa

Fabel Tikus Dan Sang Singa -
Pada suatu hari,ada seekor tikus yang berkeliaran di tengah hutan.
Tikus itu berkeliling untuk mencari makan.
Dengan riang dia berkeliling sambil sesekali bernyanyi untuk mengaihkan fikiranya dari rasa lelah.

Karena keasikan,tanpa dia sadari dia sudah berjalan terlalu jauh dari rumah.
Sadar bahwa dirinya sudah terlalu jauh masuk ketengah hutan,tikus itupun memutuskan untuk balik arah dan pulang ke rumah.
Tapi sial..karena dia terlalu jauh masuk ke tengah hutan yang sebelumnya belum pernah dia lewati,diapun tersesat.
Tikus itupun berkeliling hutan tanpa tau arah,dia berharap bisa menemukan jalan pulang.


Tapi nasib sial kembali menimpanya,bukanya menemukan jalan pulang tapi malah dia kesasar di sarang singa yang sedang tidur.

Setelah tikus itu menyadari dirinya masuk ke sarang singa yang tengah tertidur lelap,si tikus pun segera berlari kebingungan mencari jalan keluar.
Tapi karena tikus itu sangat panik,dia malah lari naik ke atas hidung si singa.
Kontan saja si singa langsung terbangun dan mengaum dengan kerasnya.
Singa itu sangat marah karena waktu istirahatnya telah di ganggu.
Dengan penuh amarah singa itu menangkap tikus malang tersebut dan mencengkeram dengan kuku-kukunya yang tajam.

"Dasar binatang kecil tak tau sopan santun...! Apa kau sudah bosan hidup sampai kau berani mengganggu tidur ku..?".Teriak sang singa dengan garang.

"A'..A'...ampuuunnn baginda raja. Hamba tak sengaja..hamba tadi tersesat sampai sini..ma'afkan hamba tuan ku...".kata si tikus dengan tergagap-gagap karena takut.


"Hah...hewan seperti mu harus di beri pelajaran. Biar bisa di jadikan contoh bagi hewan-hewan lain agar tak ada lagi yang berani mengganggu ku. Aku singa... Sang raja hutan yang perkasa..".kata sang singa dengan angkuhnya.

"Ampun tuan ku...jangan makan hamba. Tolong lepaskan hamba.
Hamba berjanji jika paduka melepaskan hamba,hamba tidak akan melupakan kemurahan hati baginda raja.
Dan suatu saat,hamba akan membalas budi membantu baginda raja di kala baginda dalam masalah".Kata si tikus memohon.

Mendengar perkataan si tikus,sang singa langsung tertawa terbahak-bahak.
Dengan nada menghina singa berkata...

"Ha..ha..ha..kamu mau menolong ku?
Binatang sekecil kamu bisa apa?
Menolong diri sendiri saja tak sanggup,malah berjanji mau menolong ku.
Lagi pula aku ini singa...sang raja hutan,siapa yang mampu menandingi ku..?hahahaha...".kata sang singa dengan
sombongnya.


"Tapi karena kau telah membuat ku tertawa,aku tak jadi marah pada mu.
Kau akan ku lepaskan.
Lagi pula...sia-sia saja jika aku memakan mu. Tubuh kecil mu tak ada artinya untuk perut ku". Kata singa itu lagi.
Dan ahirnya sang singa membiarkan tikus itu pergi.



Selang beberapa hari setelah kejadian itu,sang singa tertimpa musibah.
Waktu sedang mencari mangsa,sang singa terperangkap dalam jaring yang di pasang oleh pemburu.
Dia meronta sekuat tenaga,tapi dia tetap tak bisa lepas dari jaring itu.
Dan karena marah dan putus asa,sang singa mengaum dengan keras.

Hingga suara aumanya terdengar di seluruh hutan belantara.
Hingga semua hewan dapat mendengarnya,tak terkecuali si tikus yang saat itu sedang mencari makan.
Si tikus pun lalu berlari mencari dari mana arah suara itu berasal.
Ahirnya dia pun menemukan sang singa yang sudah lemas kehabisan tenaga karena dari tadi meronta-ronta.

Tanpa menunda-nunda lagi,si tikus pun segera menghampiri sang singa dan menggit tali-tali jaring dengan gigi-gigi kecilnya.
Ahirnya tali-tali jaring itupun terputus dan sang singa dapat terlepas dari perangkap.


"Nah paduka...sekarang hamba telah menepati janji hamba.
Walau tubuh hamba kecil,bukan berarti hamba tak bisa menolong hewan yang lebih besar dan lebih kuat dari hamba.
Karena tuhan menciptakan semuamahluk dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing". Kata si tikus kemudian pergi meninggalkan sang singa yang hanya dapat terdiam menyadari kesalahanya...




Nah adek-adek yang manis,hikmah yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah...
Jangan suka meremehkan orang yang kelihatan lebih lemah dari kita. Jangan suka menyombongkan kelebihan kita.karena ada kalanya orang yang kita ejek fdan kita hina malah mampu melakukan hal-hal yang kita tak bisa melakukanya.. :)
"apa yang kau tuai...itulah yang kau tanam..". Jadi...saya yakin..setiap perbuatan baik,akan menghasilkan hal yang baik pula.
Semoga sobat mendapat manfa'at dari blog ini..
Dan terimakasih sudah sudi berkunjung...

Nujum Pak Belalang

Nujum Pak Belalang

Dongeng Nujum Pak Belalang - Di sebuah desa di negeri Terang Bulan, ada seorang duda bernama Pak Belalang. Pak Belalang bukan sahaja miskin, malah seorang yang pemalas. Pak Belalang ada seorang anak bernama Belalang. Belalanglah yang diharapkan untuk mencari nafkah. Walaupun masih kecil, namun Belalang rajin bekerja. Sepanjang hari Pak Belalang menghabiskan masanya dengan tidur sahaja. Soal makan dan minumnya, terserah kepada Belalang. Belalang mencari nafkah dengan bekerja membantu orang kampung.
                                Pada suatu hari, Belalang terserempak dengan dua orang pencuri. Mereka sedang melarikan kerbau kepunyaan orang kampung. Belalang mengekori pencuri itu ke tempat persembunyian mereka. Kemudian, dia pulang dan memberitahu bapanya. Tetapi Pak Belalang menyuruh Belalng untuk tidak ikut campur. Belalang menjawab "Saya tahu di mana kerbau itu disembunyikan. Bagaimana kalau bapak menyamar jadi ahli nujum. Boleh saya beritahu orang kampung, bapak pandai menilik. Sebaik saja kerbau itu ditemui, tentu kita akan dapat upah yang lumayan!" "Ya tak ya juga," kata Pak Belalang. 


                                 Keesokan harinya, orang kampung heboh dengan kehilangan kerbau mereka. Mereka mengadu kepada penghulu. Kebetulan ketika itu Belalang ada di situ. "Bapak saya pandai menilik. Tentu dia boleh tolong carikan kerbau itu," kata Belalang. "Betulkah?" tanya penghulu. "Kalau begitu mari kita jumpa dia." Mereka beramai-ramai menuju ke rumah Pak Belalang.
                                 Pak Belalang berpura-pura menyamar sebagai ahli nujum dan berkata bahwa kerbau itu ada di hulu kampung dimana ada sebatang pokok merbau. Orang kampung beramai-ramai pergi ke tempat itu dan memang benar kerbau itu ada disana. Mereke memberinya pelbagai hadia sebagai rasa terima kasih. Nama Pak Belalang menjadi masyur dan banyak orang mencarinya. Hidupnya pub berubah menjadi senang dan dia tidak perlu bekerja lagi
                                 Pada suatu hari, sebuah kapal berlabuh di pelabuhan negeri Terang Bulan. Nakhodanya lantas menghadap sultan "Tuanku," kata nakhoda itu. "Patik dari negeri Antan Kesuma. Kami ingin beradu kepandaian dengan nujum di sini. Kalau tuanku menang, kapal kami menjadi milik tuanku. Tapi kalau tuanku kalah, negeri tuanku menjadi jajahan takluk kami!"
                                  Sultan negeri Terang Bulan segera memanggil para pembesarnya dan bermesyuarat untuk mencari kata sepakat. Seorang pembesar memberikan saran untuk meminta Pak Belalang untuk mewakili negri Terang Bulan. Sultan pun setuju dan menitahkan Pak Belalang menghadap


                                  Tidak lama kemudian, Pak Belalang masuk menghadap. Dia terketar-ketar ketakutan. Dia khuatir kalau rahsianya terbongkar. Selama ini dia cuma berpura-pura menjadi nujum. "Hai Pak Belalang!" titah sultan."Benarkah kamu seorang nujum yang handal?" "Benar, tuanku!" jawab Pak Belalang dengan ketakutan. "Bagus!" titah sultan. Baginda berasa sukacita kerana nujum dari negeri Terang Bulan beradu kepandaian dengan nujum dari negeri Antan Kesuma.
                                   Sultan Terang Bulan turut datang. Baginda berharap Pak Belalang dapat menewaskan nujum dari negeri Antan Kesuma."Soalan pertama!" kata nujum dari negeri Antan Kesuma.
"Apa binatang, ketika pagi berkaki empat, ketika tengah hari berkaki dua dan ketika petang berkaki tiga?" "Manusia!" jawab Pak Belalang dengan selamba. "Sebab ketika kecil dia merangkak, ketika dewasa, berjalan dan ketika tua, bertongkat!" Rakyat negeri Terang Bulan bersorak riang. Jawapan Pak Belalang memang tepat.
                                    "Yang kedua!" kata nujum negeri Antan Kesuma.
"Bagaimana hendak menentukan yang mana hujung dan yang mana pangkal kayu ini?" Dia menunjukkan sebatang kayu yang lurus dan sama besar. Pak Belalang mengambil sebesen air. Dia pun memasukkan kayu itu ke dalam air. "Ini hujung dan ini pangkalnya," kata Pak Belalang. "Pangkal kayu ini tenggelam dahulu kerana ia lebih berat!"Jawapan Pak Belalang memang tepat.Sebenarnya, Pak Belalang sudah tahu akan semua jawapan soalan itu, sebab anaknya, Belalang, telah mendengar perbualan nujum negeri Antan Kesuma tempoh hari.

                                     Akhirnya, nujum negeri Antan Kesuma mengaku kalah. Kapal mereka terpaksa diserahkan kepada sultan negeri Terang Bulan. Mereka terpaksa pulang ke negeri Antan Kesuma dengan hanya sehelai sepinggang. Sultan negeri Terang Bulan sangat berbesar hati dengan Pak Belalang. Baginda melantik Pak Belalang menjadi Nujum Diraja. Pak Belalang kemudian dikahwinkan dengan puteri baginda yang bernama Laila Sari. Akhirnya, Pak Belalang dan anaknya, Belalang hidup aman damai di istana sultan.


selamat malam dan selamat tidur untun anak-anak cerdas. dan terimakasih atas kunjungannya. sampai jumpa 
 
Copyright © 2014 Dongeng Anak Sebelum Tidur. Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Templates